Posts

Showing posts from March, 2011

GAMBARU, Haik...

Image
Semangat itu selalu tertanam KENAPA BISA? Sudah banya sekali dari kita yang membaca dan mendengarkan kisah keheroikan warga Jepang. Diantaranya adalah amannya situasi di wilayah bencana dari penjarahan dan perampokan serta stabilnya harga barang-barang. jika kita menilik sekilas pada Aceh 2006 lalu, betapa yang selalu digembar-gemborkan oleh media adalah mirisnya para korban dan tangis menyayat hati penuh rasa kehilangan. Sedikit sekali ditampakkan sikap-sikap keoptimisan selama pascabencana. Dari masyarakat Jepang juga saya pribadi belajar sesuatu tentang sebuah keoptimisan dan sikap tenang. Keyakinan bahwa pemerintah telah melakukan yang terbaik juga terlihat ketika para pejabat turun tangan langsung dan ikut membantu bersama-sama masyarakat untuk terus membangun Jepang. Sudah banyak sekali cerita-cerita tentang betapa mereka tidak pernah mengeluh.

GOMBAL WARNING

Image
Panas! Udara makin hari makin oke aja, makin membakar, euy! Oh, ternyata gara-gara efek rumah kaca, bang Ozon bolong-bolong dan bikin sinar UV masuk seenaknya. Istilah kerennya sih Global Warming. Global warming ternyata sukses bikin orang kegerahan dan kelimpungan. Eits, diam-diam kita sebenarnya sedang menghadapi masalah yang nggak kalah serius yaitu Gombal warning. Waspadalah coz wabah gombal warning ini dapat menyerang kita dimana saja tanpa terkecuali dan pilih-pilih. Dan lebih bahaya lagi kalau ternyata penderita tidak menyadari bahwa dia telah terjangkiti. Efeknya nyaris sama dengan Global Warming, yaitu dapat dengan sukses membuat orang klepek-klepek, kelimpungan atau kegerahan. Para penguasa sepertinya sudah menderita gombal warning akut. Itu terbukti sangat konkrit bahwa berhasil membuat rakyatnya kegerahan, kelimpungan, klepek-klepek, dan teler saking dashatnya efek yang dihasilkan. Beberapa bukti lain juga mengatakan, efek gombal warning para penguasa terbaru adalah p...

SEPANJANG KASIH BUNDA

Image
Idul Fitri 2010 Gundukan tanah dihadapanku masih merah. Wangi kembang kamboja samar tercium dibawa desau angin. Nisan putih baru tertegak lalu. Betapa sedu hatiku saat ini. Menunduk layu menahan deru penyesalan dan kesedihan. Nisan putih dihadapan seakan menertawai kesedihanku. Diam, dingin tapi penuh dengan makna. Seseorang menepuk pundakku, aku bergeming. ” Kak, mari kita pulang,” suara itu bergetar, aku tahu, aku sangat tahu bahwa ia sepertiku. Dinaungi selaksa penyesalan yang teramat sangat. ”Pulanglah dulu, kakak masih mau disini,” tolakku halus tanpa mengalihkan pandanganku dari nisan putih di hadapanku. Disitu terukir nama ibu. Bayangan sosok di belakangku tampak menggeleng pada pantulannya,