GAMBARU, Haik...
![]() |
Semangat itu selalu tertanam |
Sudah banya sekali dari kita yang membaca dan mendengarkan kisah keheroikan warga Jepang. Diantaranya adalah amannya situasi di wilayah bencana dari penjarahan dan perampokan serta stabilnya harga barang-barang. jika kita menilik sekilas pada Aceh 2006 lalu, betapa yang selalu digembar-gemborkan oleh media adalah mirisnya para korban dan tangis menyayat hati penuh rasa kehilangan. Sedikit sekali ditampakkan sikap-sikap keoptimisan selama pascabencana.
Dari masyarakat Jepang juga saya pribadi belajar sesuatu tentang sebuah keoptimisan dan sikap tenang. Keyakinan bahwa pemerintah telah melakukan yang terbaik juga terlihat ketika para pejabat turun tangan langsung dan ikut membantu bersama-sama masyarakat untuk terus membangun Jepang. Sudah banyak sekali cerita-cerita tentang betapa mereka tidak pernah mengeluh.
Bahkan seringkali kita dapat melihat sikap optimis itu tercermin dalam kehidupan sehari-hari mereka melalui film produksi mereka yang ditayangkan di Indonesia. Mulai anak kecil sampai dewasa jika mereka melakukan kesalahan dengan mudah mereka bertekad untuk lebih baik lagi. Sering bukan kita mendengar kata “Semangat!” atau “ Gambaru,”.
Secara harfiah gambaru artinya berjuang mati-matian sampai titik darah penghabisan. Selain gambaru, kata gambattekudasai adalah kata yang juga mendarah daging pada masyarakat Jepang. Gambattekudasai berarti ajakan untuk berjuang lebih keras lagi. Keduanya buka sekedar katta melainkan telah menjadi motto hidup masyarakat Jepang. Lebih dari itu, bahkan sudah menjadi falsafah hidup yang turun temurun yang diaplikasikan dalam kehidupan dengan sangat baik. sehingga sikap kerja keras, disiplin dan tidak mudah menyerah begitu tercermin pada kepribadian bangsa Jepang.
Kini kita tilik sejenak, gempa dan tsunami yang membuat Jepang mengalami kerusakan terparah sejak perang Asia Pasifik, membuat gambaru dan gambattekudasai bukan sekedar kata, melainkan perbuatan.
Sebagai falsafah hidup gambaru terdiri dari dua karakter keras dan mengencangkan. Intinya kita harus tetap teguh (keras) dalam menjalani hidup sehingga dapat mendapatkan hasil yang memuaskan ( kencang) berupa keberhasilan tak bercela.
Hidup dalam falsafah gambaru tidaklah mudah. Itulah yang selalu tertanam dalam diri orang Jepang. Karena negara yang terletak di perairan Asia Pasifik ini, tidak mempunyai seumber daya alam yang melimpah dan terletak di pusat gempa dunia. Bagi mereka tak ada kata berhenti berkarya dan membangun meski gempa meluluhlantakkan hasil karya anak bangsa mereka, menghancurkan infrasuktrur mereka. Gambaru sungguh tidak mengajarkan anak bangsa Jepang menjadi kepribadian yang gampang putus asa dan mengiba-ngiba. Gambaru juga mengajarkan bahwa tidak ada hari tanpa harapan. Harapan selalu ada bagi orang yang tidak mengenal putus asa.
Satu hal lagi, gambaru mengajarkan sikap untuk tidak saling menyalahkan dan saling percaya satu sama lain. Ketika Prefabricated Contruction Suppliers & Manufactures Association tidak mampu memenuhi permintaan pembangunan rumah sementara bagi 32.800 pengungsi, pemerintahan prefektorat Iwate, Miyagi, dan Fukushima, sama sekali tidak ada yang mengeluh. Luar biasa sekali bukan. Karena mereka percaya pemerintah pasti sudah berusaha sebaik mungkin.
Jepang juga masih memenuhi janjinya untuk membangun infrastruktur di Indonesia meskipun negara mereka sedang kacau balau ditambah dengan adanya ancaman bahaya radiasi nuklir uranium. Bahkan, mereka tetap mengadakan perlombaan baseball tingkat nasional. Mereka berpendapat dengan tetap mengadakan sementara rakyat Jepang sedang bersedih adalah untuk memicu agar tidak berlarut-larut dalam kesedihan. Selain itu, bertujuan untuk memotivasi yang agar bangkit dan segera bekerja keras kembali.
Sekarang pertanyaan saya adalah bagaimaba masyarakat yang sedemian rupa dapat terbentuk? Bagaimana karakter mengagumkan seperti itu dapat terbangun? Apakah dari individu? Apakah dari kearifan mereka ? atau itu hanya sebuah adat leluhur?
Sebenarnya saya pribadi sungguh-sungguh mengagumi banyak hal dari Jepang. Terutama karakter kehidupan mereka. contoh kecil dari hal mengagumkan itu sudah dipaparkan diatas. Pertanyaan terakhir saya adalah mengapa kita sebagai masyarakat Islam belum mampu bangkit padahal kehidupan kita berpedoman pada sesuatu yang tidak bercela yaitu Islam?
Pada akhirnya, inilah masalah serius dunia Islam. Umat Islam telah dikabarkan dalam Al-Quran sebagai umat yang terbaik, tertinggi dan termulia. Tapi dewasa ini, kenyataan sangat berbanding terbalik dengan basyirah yang disampaikan. Kita mengaku sebagai umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia tapi tak berdaya. Bahkan masyarakat Jepang pun terasa lebih bersikap Islami dalam beberapa akhlak mereka. Kita? Masalah yang kita hadapi kian hari kian bertambah di berbagai sudut bumi. Tetapi perpecahan umat dan perselingkuhan Ulama dengan system kufur dan penguasa yang mabuk kekuasaan dan pencitraan semakin memperburuk keadaan ini.
Rakyat Jepang dengan segala keistimewaan yang melekat pada masyarakatnya, harusnya menjadi titik balik dan pemacu umat Islam agar bersegera bersiap-siap mengembalikan gelar menjadi umat terbaik sesuai yang dikabarkan oleh ALLAH.
Kawan, jangan bersedih dan hanyut dalam kerisaun yang berkepanjangan. Sebagaimana rakyat Jepang, kata ’gambaru’ yang diartikan oleh kamus Bahasa Jepang sebagai doko made mo nintai shite doryoku suru, yang berarti bertahanlah sampai kapanpun dan kemanapun serta berupayalah habis-habisan, ditanamkan dalam sanubari kita seorang Muslim. Terus berjuang untuk berusaha menegakkan dan menjadikan umat Islam bangkit dari keterpurukannya adalah sebuah harga mati yang harus diambil sebagai pencerminan dari seorang terbaik yang berusahan untuk mengembalikan gelar terbaiknya.
Diujung perjuangan pasti ada jejak yang kita tinggalkan, meski nyawa meregang dan terbang mengangkasa bersama Israfil. Pasti ada setitik cahaya menuju keberhasilan. Begitu perjuangan diwariskan dan dilanjutkan maka akan semakin banyak titik-titik cahaya yang terlihat. Namun, syaratnya satu kawan, yaitu beriman dan berislam kepada Allah secara autentik dan komprehensif. Jangan keluar dari satu syarat tersebut karena diluar itu adalah lingkaran syetan yang meredupkankembali cahaya-cahaya kebangkitan.
Comments
Post a Comment