FRIEND OR FOE?



What the meaning or friend?
Damn...
I dont know...
Can you give me know?
Please.....

1 Januari 2010
“ Happy New Year!”
Suara petasan dan terompet melengking dimana-mana. Langit begitu semarak, pendar-pendar cahaya kembang api berbunga silih berganti. Para muda-mudi tumpah ruah ke jalanan merayakan kedatangan pergantian tahun baru. Semua tumpah ruah dan berpesta malam ini.
Di sebuah rumah mewah dengan balkon indah penuh hingar-bingar suara. Muda-mudi tertawa dan bersenang-senang menunggu pergantian tahun yang tak lama lagi.
“Happy birthday, Vi!” Andia memeluk sahabatnya.
Dari sekelilingnya terdengar suara sorak sorai bergema, “Tiup lilinnya, tiup lilinya, tiup lilinnya sekarang juga, sekarang juga!” Andia kembali bernyanyi semangat bersama teman-temannya yang lain, meminta Vita untuk segera meniup lilin berbentuk angka satu dan tujuh itu.
“Phuh…. !”  api diatas lilin padam.
“Yee….” Sorak-sorai langsung bersambutan satu sama lain.
” Thanks banget, teman-teman! Malam ini kita seneng-seneng! Have fun!” kataVita setelah selesai memberikan sepotong kue pertama buat Andia. Kawan-kawannya menyambut bersemangat. Music semakin berdentum keras. Memicu andrenalin untuk menggerakkan badan sesuai irama. Semua berpesta pora.
Sementara Andia dan Vita menepi ke balkon, menatap bias malam yang lebih semarak dari malam-malam kemarin.
” Friend forever, sehidup semati, nggak boleh mengkhianati satu sama lain, harus kompak, gimana? Janji?” Andia menyodorkan kelingkingnya.

Vita tersenyum lebar, untuk ukuran persahabatan mereka yang memasuki tahun ke sepuluh tak ada alasan untuk tidak menerima. ”Iya, janji! ” tanpa pikir panjang Vita mengaitkan kelingkingnya di kelingking Andia.
Dan malam yang gemerlap menjadi saksi janji mereka berdua.
***
Siapa sih yang nggak kenal Vita dan Andia? Dua cewek cantik pentolan sekolah. Pernah nggak kamu (para kaum cowok ) duduk di Starbuck kemudian ada cewek cantik yang berjalan masuk ke kasir, lalu semua mata yang ada disitu refleks mengikuti sosok cewek itu. bahkan bagi kamu (para cowok ) rela antriannya didahului suka rela sama si cewek. Yah, begitulah sosok mereka berdua.
Apa sih yang kurang dari mereka berdua? They almost perfect! Cantik, baik, supel, modis, kaya dan pinter. Seluruh penghuni sekolah pun mengakuinya. Mereka sudah bersahabat sejak SD. Mereka bahkan sudah jadi ikon kebanggaan remaja jaman sekarang. Jadi panutan dan refrensi mode di sekolah ini. Nggak ada yang menyanggah juga kalau mereka itu kompak gila. Meski kadang berselisih pendapat, tapi tetep kompak.

2 Februari  2010
Mata Vita sembab, katung matanya membundar hitam.
“Kenapa lo?” Tanya Andia resah, pasalnya sobatnya udah uring-uringan nggak jelas dari sejam yang lalu. Mereka ada di kamar Andia.
“Ayok, jujur  aja!” desak Andia lagi.
Vita menghela napas, “ Tapi, lo jangan  marah!”
Andia menggeleng gemas, gimana bakal marah kalau sahabatnya udah kusut dan berantakan gini wajahnya, “ bilang aja iya,”
“ G..gue, diputusin Raka kemarin malam,” sesenggukan ia berkata.
Tangan Andia mengepal, ” Kurang ajar tuh cowok, kurang apa sih lo sama dia! Butuh gue bogemin juga kayaknya,”
”Tuh kan Andia nggak usah marah, gue masih cinta sama dia jadi jangan lo apa-apain dia, please...” Vita menahan Andia yang sudah siap-siap pergi  melabrak Raka.
” Jangan, please....!” lagi-lagi Vita merengek, airmatanya keluar lagi.
” Oke,” Andia duduk kembali, seraya mengeluarkan hape. Vita disampingnya tersenyum lega.
”Halo, Lando! Kita putus sekarang juga, nggak ada alasan. Pokoknya kita putus. Titik.” Andia menekan tombol merah di hapenya. Sambungan telepon terputus. Disisinya Cuma ada Vita yang melongo dan kaget berat. Andia mutusin Lando? Padahal mereka berdua rukun-rukun aja. Gila!
Andia tersenyum, “ Sekarang lo nggak sendirian lagi ngejomblo, ada gue!” sobatnya itu tersenyum lebar sekali, meski tak bisa menutupi paras sedihnya.
Ah, Vita terharu, ia memeluk Andia lama sekali. “Friend Forever, sehidup semati!” ucap mereka berdua bersamaan, mereka kemudia tertawa bersama.

3 Maret 2011
“Gimana Vit, Lando ngajak gue balikan lagi,” Andia mengaduk-aduk moccacinonya bingung.
“ Ya udah balikan aja, gampangkan!” jawab Vita.
”Tapi kan lo masih jomblo!”
Vita malah senyum-senyum nggak jelas, mukanya beda banget, merah jambu gimana gitu...
” Bakalan nggak, karena barusan aja ada yang nembak gue, masih nunggu jawaban gue,” mata Vita berbinar-binar ceria.
“Oh, ya…siapa…siapa?” nggak sabar Andia tahu siapa yang nembak Vita.
“ Rian..” kata Vita malu-malu.
“ Whuss… si penjaga perpus keren itu?”
“Andia!...jahat!” Vita mendengus marah,
”  Halah, yang penting kita sama-sama nggak jomblo,”
Tanpa aba-aba bersamaan mengulang  janji mereka untuk kesekian kali, ”Friend Forever sehidup semati,”

4 Mei 2011
Akhir-akhir ini Andia tampak murung, gelisah. Ada sesuatu yang disembunyikannya. Vira sangat merasakan keanehan Andia. Paras sahabatnya yang tomboy Andia sedang mendung.
Setelah lama mereka duduk berdua di kantin dan sudah menghabiskan dua gelas es jeruk.  Akhirnya, Andia memulai pembicaraan. Sejak tadi mereka diselimuti keheningan.
“Gue merasa hidup yang gue jalanin masih hampa, berasa kurang. Kenapa ya?” kata Andia lirih, sambil menyeruput es jeruk ketiga, padahal perutnya udah kembung.
“ Masa sih? Emang menurut lo apa yang kurang?” ujar Vita balik nanya heran.
”Nggak tahu, gue juga akhir-akhir ini nyariin apa yang  kurang,” Andia menatap Vita tak bersemangat. Tiba-tiba seseorang mendekat, cewek berkerudung putih lebar menghampiri mereka berdua. Di tangannya tergenggam setumpuk leaflet.
” Datang ya, Rohis lagi bikin acara training motivasi islami nih,” ia mengangsurkan sebuah leaflet kepada Andia dan Vita. ”Thanks ya,” Andia mengambil  leaflet dan membacanya dalam hati. Itu diadain hari Sabtu besok, dua hari lagi.
”Sabtu besok, kita udah ngerencanain ke puncak kan?!” ajak Vita teringat rencana mereka ketika melhat waktu  acara anak Rohis, gelas ke duanya juga sudah kosong. Ia kali ini mencomot kerupuk di depannya. Andia mengangguk-angguk dalam paras layu. Benar juga ia dan Vita udah punya rencana. Tapi, baru saja ia tertarik dengan acara Rohis ini. Bagaimana dong?
”Vit, kayaknya gue pengen tahu deh acara mereka kayak gimana, dateng yuk!” Andia tiba-tiba punya sedikit keberanian untuk meluapkan keinginannya. Dahi Vita mengernyit heran, “Sejak kapan lo punya minat buat gini-ginian? Setahu gue lo paling ogah kalau ikuta acara garing kayak gitu?!”
Andia tersenyum kecut, udah sering ia diajakin sama anak-anak rohis buat gabung di acara mereka. tapi, dasarnya udah alergi ya mau digimanain lagi. tapi, sekarang?! Apa yang terjadi?!! Dia juga bingung.
”Iseng aja kali, ya udah nggak usah deh,”  tambah Andia  dengan wajah mendung.
”Ya Ampun,  nyantai kali. Kita bisa dateng ke acara Rohis dulu baru ke puncak,” Vita tersenyum lebar. Andia terperangah. Nggak nyangka ternyata Vita mendukungnya. Senang sekali punya sahabat seperti ini.
”Friend Forever, sehidup semati!” bisik Vita. Andia berbinar mengiyakan.

5 November 2010
Pagi yang cerah, SMA Harapan Bangsa gempar.
”Vita, vita lo udah tahu belon?” Nia, temen sekelas menghambur ke hadapannya. Mengusik aktivitasnya mendengarkan music.
”Apaan?” Vita menoleh malas, dua earphone di telinga enggan dilepasnya.
”Itu, itu, Andia....Andia...” Nia seakan tercekik untuk bicara.
“Apaan,gue nggak ngerti!” belum tuntas bicara Andia masuk ke kelas.  Semua mata di kelas itu terperangah. Itu bukan Andia!
Yang ada dihadapan mereka itu malaikat. Cantik dalam balutan kerudung dan seragam yang lebar berlengan panjang dan rok lebar. Wajahnya tampak lebih ayu dan teduh. Yang pertama bangun dari keterkejutannya itu adalah Vita. Tatapan Vita tajam mengguncang Andia. Tak ada kata-kata diantara mereka pagi itu.
Jam pelajaran satu demi satu berlalu. Vita masih bungkam meskipun Andia sudah berusaha mengajaknya bicara. Tak ada tatapan hangat Vita setiap kali Andia datang dengan segudang cerita. Andia sudah tahu konsekuensinya mengenakan kerudung dan jilbab. Mungkin dijauhi temannya sendiri adalah salah satu resiko. Hari ini dilewatinya dengan sangat berat. Bukan saja karena perubahannya membawa gunjingan dimana-mana, tapi juga ia harus dijauhi sahabat yang seharusnya terus mendukungnya.

12 November 2010
Diary...
Kali ini aku sepertinya harus menyerah, berapa kali aku coba kirim sms ke dia, berapa kali aku coba ajak dia bicara, berapa kali aku harus ngomong dan dikacangin dia. Ia sepertinya tetap sama, terus menerus menghindar dariku. Entahlah bagaimana caranya. Tapi, aku tetap berusaha mendoakannya agar ia mendapar hidayah dariNya.
Oh, bagaimana ini Vita? Aku tidak bisa memegang janjiku jika itu tidak dalam Ridlo ALLAH, sepertinya aku memang harus menghapus sumpah itu, ‘Friend Forever, sehidup semati,” harusnya “Islam Forever, sehidup semati,”
Maafkan aku sekali lagi….
Andia menutup diarynya. Kemudian ia bergegas bangun dari kursinya untuk melaksanakan shalat malam. Dini hari yang tenang membuatnya bebas menumpahkan rasa suka dukanya menggenggam ajaran Allah. Tak lupa diselipkan doa untuk sahabatnya, Vita.

13 November 2010
Kring...kring... jam pelajaran berlalu, Andia memasukkan semua buku ke dalam laci bawah meja. bersiap untuk beristirahat, ia kembali berniat untuk menyapa Vita.
”Vita, ke kantin yuk...!” Andia mendekat, Vita menengok sebentar tak peduli lalu sibuk kembali memberesi buku-bukunya. Tiba-tiba, Nila sahabatnya di rohis datang, ” Andia, mau bantuin anak Rohis nyiapin acara nanti nggak,” ditangannya sekotak kardus penuh nametag. Andia dilanda dua pilihan. Oh...gimana ini?
Vita mendongak  menatapnya sinis, mengangkat satu alis ” udah bantuin aja TEMEN lo!” sengaja ia menekan nadanya tepat di kata teman. Dengan keadaan sangat sulit, akhirnya ia mengikuti Nila. ” sorry, Vit” lirih Andia serba salah.  Vita tersenyum sinis nggak peduli.
”Urusin aja temen baru lo!” bisik hati Vita perih.

14 November 2010
 Tak pantang menyerah, Andia kembali mendatangi Vita selekas mungkin seusai bel berbunyi.
” Vit, aku mau ngomong,” ujar Andia bergegas mengikuti Vita ke kantin.
” Oh ya, ngomong apa? ini juga udah ngomong,” Vita acuh berkutat dengan blackberrynya. Dari arah yang berlawanan  Nadia, temen sekelas mereka dateng.
“ Vita!” teriaknya dari kejauhan, “buruan sini, gue ada berita seru!” ia melambaikan sebuah majalah. Vita balas  melambai juga, lalu tanpa menoleh lagi ia meninggalkan Andia. Andia tersenyum kecut menanggapinya. Rasanya ini semakin sulit saja. “ Allah,”

28 Desember 2010
“Waktu nggak mungkin berhenti hanya untuk menunggu kita memperbaiki sesuatu,” tulisnya pada bait pertama diarinya. Lalu Vita melanjutkan menulis, “ bukankan kata pepatah, orang yang rugi adalah orang yang berubah ketika dia harus berubah,”
“ Ah,….” Vita menghela napas, sebenarnya berat sekali mengacuhkan Andia. Karena ia tahu Andia berubah menuju kebaikan. Tapi, ia belum bisa menerima sesuatu…
“ Hah…” sekali lagi Vita menghela napas lebih panjang. Membenamkan muka ke bantal dan mulai menangis. Ia rindu sekali Andia.


31 Desember 2010 ( 23.30)
 Andia memandangi kembang api pecah di udara, membentuk bunga-bunga api nan elok di antara gelap malam. Pikirannya melayang ke masa lalu. Saat ini setahun yang lalu, ia sedang berpesta pora menunggu pergantian tahun dan pada saat yang sama mereka pertama kali mengucapkan ikrar persahabatan ”Friend Forever sehidup semati!”
Pelupuk matanya mulai basah, ah dulu ia jahiliah sekali. Setahun yang lalu persahabatan itu masih utuh tapi berlandaskan pada sesuatu yang tidak seharusnya. Kini persahabatan itu pecah, karena mengharap pada RidloNya...
Malam dihabiskan Andia dengan mengulang slide-slide tahun lalu, muhasabah a’mmiyah, introspeksi tahunan. Ditemani deru kembang api yang meluncur di udara. Ditemani doa harapan untuk hari esok.

23.58

 ” Drrt...drrt...” hape blackberry touchscreen milik Andia bergetar. Malas-malasan diambilnya juga. Sejak tadi memang  banyak sms masuk berkaitan dengan tahun baru. Kali ini siapa yang menelpon malam-malam?
”V..vita!” sesaat mata Andia terbelalak. Hanya sanggup memandangi nama yang tertera tanpa sigap menjawabnya.
Dengan mata berkaca-kaca Andia menjawab, ” Friend Forever sehidup semati,” suara disebrang sana renyah terdengar. Hati Andia entah mengapa bergetar rindu tak karuan. Ia tak sanggup bersuara.
“ Hei…halo eh salah Assalamualaikum.. lo bisa jawab salam gue kan?” lagi-lagi Andia mendengarnya begitu rindu.
” Andia...Andia...lo disitu kan... oke terserah elo mau jawab atau nggak. Gue Cuma mau bilang, gue minta maaf atas semuanya. Tapi, asal lo tahu ada satu hal yang belum bisa gue maafin. But, gue kedinginan nih disini....bisa buka pintu rumah lo? Udah setengah jam gue diluar pagar..”
“VITA!! KENAPA NGGAK BILANG DARI TADI!” teriak Andia seraya menyambar Jilbab dan jaket serta bergegas lari keluar. ” KAMU TUNGGU DISITU,”
”.....hey...santai..” seru Vita disana sambil menjauhkan telpon dari telinganya. Jujur ia rindu suara Andia, sangat.

1 Januari 2011
 ”Vita...!” Andia tak sanggup menahan airmatanya, ia memeluk erat Vita. Vita yang lebih sensitif sudah berderai airmata semenjak tadi.  Ada yang lebih menggetarkan hatinya daripada hanya kembalinya seorang sahabat. Tapi, lebih dari itu... lihatlah Vita begitu anggun dengan Jilbab dan kerudung putihnya. Ia laksana terlahir kembali. Laksana peri di mata Anggun.
”An, tahu nggak apa yang bikin gue ngejauhin lo? Tahu nggak?....” Vita mengusap airmatanya, menggigit bibir agar tangisnya bisa dijeda sejenak.  Andia menggeleng, “ sorry…sorry…aku nggak ngerti, sorry”
“ Lo pikir gue apa? gue sahabat lo? Kenapa lo nggak ngasih tahu gue kalau lo mau berubah drastis? Kenapa gue jadi orang ke sekian yang tahu tentang perubahan lo…”
” ....Aku,”  Andia coba menyela, tak berhasil. “ Lo tahu? Pada saat itu gue merasa sangat-sangat dicampakkan dan merasa kalau lo bener-bener nggak mempercayai gue sebagai sahabat, lo nggak percaya kalau gue bakalan dukung lo sebisa gue? Lo tahu sakit rasanya Andia!” Andia tersentak, ia semakin sesak untuk bernapas.
“ Maafin gue, maafin gue…….” Kata Andia lirih merasa sangat bersalah.
“ Padahal lo tahu, kalau kita sering ngucapin janji bahwa kita teman selamanya, gue…gue…merasa lo yang mengingkari itu lebih dulu,” tambah Vita menekan rasa kecewanya.
Andia tidak sanggup lagi untuk menyela, ia memang salah. Dan Vita memang berhak marah padanya. sangat berhak. Ternyata ia yang tidak punya malu.
” An, gue bisa maafin lo dengan syarat............” Vita menghela napas, ” ajarin gue...ajarin gue ya untuk jauh lebih baik lagi,” sesenggukan Vita berkata. Andia semakin tak bisa membendung airmata.
Andia bersyukur pada Ilahiy, ia mendengar doanya selama ini, ” Islam Forever, sehidup semati ya Vit!” Vita mengangguk, ” Oh iya, Vit...Happy Birthday!”

" Islam is our choise,"
Friend because Allah





Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Akses Tulisan Fakhi? Di sini...