Harga Sebuah Pelajaran
Pernahkah kita
muak, lelah, capek, penat, bosan dengan amanah-amanah kita? Kemudian kita
memohon kepada Allah agar kita dibebaskan dari amanah-amanah kita?
Betapa sering
kita mengeluh bahwa pekerjaan kita benar-benar melelahkan. Bahkan seringkali
kita mengutuk semua hal. Ingin terbebas dari segala belenggu amanah kita.
Sejujurnya, saya pernah seperti itu. Merasa jenuh dan kesal dengan deadline
yang seperti lingkaran setan. Tak pernah bisa keluar. Amanah belajar (sekolah),
organisasi di sekolah, kajian, amanah di luar sekolah, amanah, amanah,
kewajiban, tugas,
deadline. Semua begitu menyesakkan karena harus diselesaikan
minggu ini. Tidur malam hanya 2-3 jam. Di pagi hari lelah. Bahkan makan tidak
sempat. Kemudian, waktu itu saya menangis karena sangat lelah. Merasa titik puncak
dari segala perasaan yang saya tahan. Akumulasi. Tanpa saya sadari saya berdoa,
memohon pada Allah supaya saya dibebaskan dari segala amanah yang ada. Saya
hanya ingin melakukan apa yang saya ingin lakukan. Saya ingin punya otoritas
waktu saya sendiri. Tanpa intervensi dari pihak asing. Saya merintihkan doa
saya di selembar kertas di salah satu buku saya. Saya ingin tidur siang ya Allah. Kabulkanlah.
Setahun kemudian,
doa saya terkabul. Setelah melalui fase-fase masa UN yang begitu melelahkan,
diikuti ujian masuk universitas yang menguras energi dan emosi, akhirnya saya
kuliah. Dan tara... saya diberi kelonggaran 100% oleh Allah. Kuliah saya tidak
padat sama sekali. Bahkan setiap hari saya bisa tidur semau saya. Tidur sampai
pagi. Tidur sampai malam. Tidur siang setiap hari. Saya tidak ikut lembaga
apapun, maka saya tidak punya amanah apapun, saya sangat tidak sibuk, malah
terkesan luntang luntung.
Allah mengabulkan
doa saya sekaligus seperti memberi teguran saya. Seperti ditanya kembai olehNya
“Bukankah ini yang kamu inginkan, zwan? Tidak punya amanah? Sehingga bebas
tidur siang ? bebas melakukan apapun?”
Buktinya, saya
meskipun punya banyak waktu. Tidak seprogresif saat saya sangat sibuk dulu. Dulu,
meskipun saya sangat sibuk, entah mengapa banyak hal pula yang bisa saya
lakukan dengan lebih baik dan selesai dengan cemerlang.
Ini membuktikan
banyaknya waktu luang seseorang tidak membuktikan tingkat produktivitas
seseorang. Malah orang yang sudah terbiasa produktif akan cenderung terus
produktif dan semakin produktif. Sebaliknya, orang yang tidak bergerak akan
cenderung semakin malas dan tidak produktif. Ini di fisika dikenal dengan hukum
kelembaman suatu benda. Benda cenderung mempertahankan posisinya.
Di titik ini saya
merasa sedih. Saat teman-teman saya progressif. Saya tidur di atas tempat tidur
karena tidak tahu apa yang harus saya lakukan selain belajar. Allah kemudian
menunjukkan pada saya, akibat dari doa saya selama ini. Saya dihukum satu
semester luntang luntung. Sebelumnya, saya belum sepenuhnya sadar bahwa ini
adalah hasil dari doa saya terdahulu. Hingga... teman saya bercerita.
“Mbak punya
teman. Dulu dia adalah akhwat yang sangat progressif, gemar mencari ilmu, rakus
ilmu, rakus ibadah, rakus pahala. Hingga pada suatu titik. Ia merasa mulai
kewalahan menghadapi banyak amanah yang dibebankan di pundaknya. Saking
terpercayanya ia. Masalah semakin banyak bermunculan. Dan ia mulai jenuh, lelah
dan bosan. Ia tidak tahan lagi. Puncaknya ketika ramadlan, ia berdoa kepada
Allah agar dihilangkan semua amanah yang ada di pundaknya. Ia terus berdoa...”
Apa yang terjadi
setelah itu?
Ya, Allah
benar-benar mengabulkan doanya. Ia benar-benar kehilangan semua amanahnya. Tak
bersisa satupun.
Kenapa?
Karena, Ia kecelakaan dan kakinya patah.
Akhwat ini selama enam bulan hanya mampu duduk atau berbaring.
Fabiayyi ala
irobbikuma tukadzziban... maka nikmat tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?
Benar, Allah
mengabulkan doanya.
Ia lumpuh dan
semua amanahnya otomatis diberikan kepada yang lain. Ia tidak mengampu amanah
lagi. Ia tidak kuliah, tidak berdakwah yang berpindah tempat, dia hanya di
kamar.”
Saya tertegun
seraya mendengarkan. Kemudian, rasa syukur itu menjelma. Sekaligus rasa malu.
Itu karena saya pernah berdoa sesuatu hal yang sama. Hanya saja, Allah baru
menegur saya dengan kehilangan semua atktivitas itu tanpa melukai anggota fisik
saya. Saya benar-benar bersyukur. Disisi
lain, saya sadar, Allah juga tengah mengabulkan doa saya. Saya dihukum tidak
memegang satu amanah pun selama setahun ini. Dan itu terasa janggal bagi saya
yang kehidupan dari kecil dikelilingin oleh deadline. Kerjaan yang banyak. saya
tersiksa dan merasa menjadi orang yang tak berguna.
Dari situ saya
belajar sesuatu.
Allah itu maha
tahu apa yang terbaik bagi hambaNya. Mungkin kepenatan kita saat inilah kondisi
terideal kita. Inilah yang terbaik.
***
Hingga tulisan
ini ditulis, saya masih dihukum oleh Allah...
Saya bertekad tidak akan mengeluh lagi ketika Allah memberi kesempatan saya lebih progressif dan bermanfaat bagi orang lain.
Jumat, 21 Februari 2014
Comments
Post a Comment