Himpunan Jomblo

*never too late to post this coversation with SS

“Eh, kalau jomblo ada suatu himpunan, aku akan memilih himpunan lain yang saling lepas bebas dengan himpunan jomblo. Dan sama sekali tidak beririsan atau bahkan bersinggungan. Soalnya, aku sama sekali nggak masuk dalam himpunan itu. Tapi, kategori eum… apa ya namanya. Mungkin himpunan orang-orang yang tidak pacaran, dan hanya akan memiliki kekasih melalui pernikahan.”
“Eaaa…” gurau yang lain.
“Nggak pernah merasa jomblo sih masalahnya. Single iya kali ya…” tulisnya lagi di sebuah grup chat yang disambut riuh teman-teman lain.
Aku ikut cekikikan membaca komen-komen lain yang bermunculan antusias.
Kata orang aku jomblo syariah. Apa pula itu jomblo syariah. Ada-ada saja.

Tapi, aku sepakat dengan temanku tadi. Aku tidak merasa sebagai jombloers yang ngenes bin kesepian. Jika ada himpunan jomblo pun aku tak akan mengidentikkan diri dengan mereka. Karena, jomblo itu adalah kata yang punya makna khas dan cenderung pada aktivitas dari sudut pandang tertentu. Sederhananya, jomblo selalu identic dengan orang yang pengen pacaran tapi ga dapet-dapet.
Well, dari sudut pandang apapun. Bukan gue bangets!
Menurut memorandum para single berprinsip yang termasuk di dalamnya aku. Eyaa…
Aku ini lumayan laku lah, bukan kepedean, tapi udah terbukti suka dikejar-kejar orang yang diutangin, dikejar-kejar deadline, diikuti kemana-mana sama malaikat pencatat amal dan seterusnya (hahaha narsis tingkat dewa). Beruntungnya sejak belajar Islam aku punya prinsip ‘memiliki kekasih hanya melalui pernikahan’.

Selain itu, aku dan teman-teman seperjuangan juga selalu mencoba menjaga diri dari hal-hal yang Allah benci atas nama ketakwaan. Dan pacaran masuk kategori aktivitas yang dimurkai oleh Allah. Bukan hanya pacarannya, kita juga menjaga diri dari hal-hal yang menyerempet-nyerempet sama zina. Entah itu TTM (teman tapi malak) eh bukan, maksudnya, teman tapi mesra  dan segenusnya, sespesiesnya, seklan apapun lah namanya yaa. Haha...

Selain itu, apa sih yang salah dengan being the most eligible single today? Eyaaa..

Apalagi dalam rangka menaati perintah Allah.
Aku teringat percakapan seruku dengan para sesama the most eligible bachelorette single syar’i.

“Dalam kacamata logika, ya… Bukankah, seringkali saat-saat terpenting dalam hidup kita hadir di kala kita seorang diri?”  kata Yupi.
“Agree…Being single doesn’t mean loveless, lho!” sahut Eka. 
"Cieeeee," sambut teman-teman pas Eka bilamg gitu. Dasar cewek-cewek kalau ngobrol emang agak berisik hehe...
“Ya, menurutku sih. Being single itu timing buat ngaca diri. Being single yang syar’i nggak berarti kesepian, nggak punya temen, melainkan itu waktu buat kita untuk memperbaiki diri sebaik-baiknya dan berdialog dengan diri sendiri dan membantu memutuskan what should we do next in Allah track,” kata Dewi membuat kita terdiam.

“Dalam fase sendiri, kita bisa memantaskan diri, layakkah meminta cinta yang lebih,” tambah Tata.

Aku mengangguk-angguk. Benar. Dalam kesendirian, kita mungkin suatu saat akan belajar berkata ‘tidak’ pada kebersamaan-kebersamaan yang di luar ridlo Allah. Berkata ‘tidak’, bukan berart tak murah hati. Dan berkata ‘ya’ tidak selalu berarti kebaikan.
“Bagi kalian yang tertekan oleh kesendirian. Remember?! all our crucial time is Almost passed by our self. Just our self.  Pas kita berada di Rahim seorang ibu. Kita sendirian. Pas nanti dikubur kita sendirian, pas nanti kita ditanya-tanya sama malaikat maut kita sendirian.” Tegas Sarah, kawanku dari Medan, dengan tegas.
Yah, apapun namanya.
Mau jomblo, single, sendiri, atau apalah …
Our main purpose should to look for Allah willingness and reward. Apapun status kita, harus karena dan dalam keadaan menepati aturan Allah.

Apapun statusnya, takwa indikasinya. 

Comments

Popular posts from this blog

Akses Tulisan Fakhi? Di sini...