SUPERMAN? BASI!
(Tapi.. Tulisan ini juga lebih basi lagi!)
Sekarang, di saat jaman sudah menjadi jaman interkonektivitas. Mau tidak mau ga lagi jamannya superman. Ini waktunya superteam. Karena dalam kerja tim yang baik akan terjadi katalis pekerjaan.
Namun, membangun superteam ini PR besar bersama. Sebagaimana teori sosial, bahwa setelah pembentukan tim (forming), selalu, tahap setelahnya adalah konflik (storming), dimana berbagai jenis makhluk yang disatukan tadi mulai bekerja bersama dengan gayanya masing-masing. Disinilah krusialnya tahap selanjutnya yaitu adanya komitmen dan arah gerak bersama (norming). Jika 2 fase krusial ini (storming dan norming) dapat dilalui dengan bijaksana, saatnya bagi tim tersebut untuk melaju menunjukkan performanya (performing).
"Forming-Storming-Norming-Performing" merupakan siklus yang seringkali terjadi. So, setiap tahapannya kudu dinikmati dan dihadapi dengan suka cita dan lapang dada.
Lain halnya bagi seorang muslim, fase-fase yang dilalui ini kudu bin wajib, senantiasa berlandaskan pada Islam.
Apalagi di fase norming, alias pembentukan norma-norma dalam kelompok. Misal: terkait kedisiplinan waktu, sejatinya ketepatan akad berkaitan erat dengan menepati janji (akad adalah komitmen, komitmen adalah janji) sehingga, menepati waktu adalah bentuk ketaatan kita terhadap aturan Allah, dan konsekuensinya kemungkinan bisa terjadi dosa hukumnya bila melalaikan janji ini. Kecuali adanya urusan penting bin syar'i.
Nah, coretan usang kecil ini sekaligus mengingatkan saya, bahwa setiap kelompok, pasti, mau nggak mau, punya "drama" nya alias ceritanya masing-masing. Yang setiap etapenya, kudu dinikmati dengan bijaksana dan dibingkai dengan kesabaran guna mengambil setiap hikmah yang terserak.
Karena dinamika kelompok bisa jadi ladang amal pahala, saat kita mampu bersabar, menahan diri dari amarah saat terjadi hal-hal yang perlu diluruskan, saling mengingatkan, saling memberi teladan, saling menguatkan dan memberi nasihat dsb.
Misal: Tetap datanglah tepat waktu, jika yang lain tidak, setidaknya kita berusaha memberi teladan, dan jika niatnya senantiasa karena Allah, semoga pahalalah yang kita petik sebab kita berusaha memberi teladan. Sambil mengingatkan saudaranya yang lain bahwa komitmen adalah derivasi dari bentuk janji.
Sebaliknya, dinamika kelompok mampu pula membawa petaka dosa, dimana ada bisik-bisik di belakang punggung saudaranya saat ada hal yang kurang sesuai, namun tak mau diutarakan di hadapan saudara seimannya secara ahsan, ataupun saat mendulang emosi ketika tak sesuai dengan yang diharapkan.
Kita semua belajar. Saya juga. Malah saya juga nggak beres-beres belajarnya. Mohon diingatkan selalu. Namun, satu hal yang pasti, mari luruskan niat selalu, karena hanya Allah lah sebaik-baik pemberi pahala.
Ah, indahnya perkara kaum muslimin ini. Apapun periode kehidupan kita, adalah tambang emas mendulang pahala saat semuanya dibingkai sesuai syariatnya.
لِّلَّذِينَ أَحْسَنُواْ الْحُسْنَى وَزِيَادَةٌ وَلاَ يَرْهَقُ وُجُوهَهُمْ قَتَرٌ وَلاَ ذِلَّةٌ أُوْلَـئِكَ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ هُمْ فِيهَا خَالِدُون
“Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (surga) dan tambahannya. Dan muka mereka tidak ditutupi debu hitam dan tidak (pula) kehinaan. Mereka itulah penghuni syurga, mereka kekal di dalamnya.” (Q.S. Yunus[10]: 26).
Dan pergaulilah manusia dengan modal kesabaran, pun dalam organisasi ataupun jama'ah. Sungguh Allah bersama orang-orang yang sabar.
Semoga dengan ini akan menjadi salah satu dasar modal membangun superteam.
It's time to superteam, not superman.
-------------
10 Januari 2015
Aljaahilah,
Fakhirah Inayaturrobbani
(Hikmah di balik syuro RDK sore hari ini).
Comments
Post a Comment