Pertanyaan di Suatu Siang

Saya akui
Saya punya kehausan akan pencapaian yang tinggi
Entah mengapa...
Jika mungkin itu karena supresi sebuah rasa kalah
Yang selama ini selalu diminta untuk ada
Bukan menyalahkankan keadaan, tapi....
Sebagai sulung dari lima bersaudara
Mengalah bukan lagi pilihan
Tapi sebuah kewajiban
Begitu bukan?

Dan begitu keluar dari rumah,
Raungan untuk mempunyai otonomi sendiri mencuat
Saya akui pula saya punya krisis kepercayaan atas otonomi
Saya biarkan rasa haus saya mengembara di luar rumah
Meraung rasa otonomi saya...
Meliar....

Belum banyak pencapaian yang saya lakukan
Masih...
Masih tertimbun diantara liang-liang harapan
Masih
Masih berjuang untuk berdiri tegak, menjulang.

Tapi, suatu siang itu tiba
Saya dihadapkan pada sebuah pertanyaan
"Apa pencapaianmu yang paling bermakna?"
Dan tiba-tiba saya tak bisa menjawabnya....
Rasanya pencapaian-pencapaian saya kering
Seperti sahara
Tidak sejuk

Lalu, saya mulai mempertanyakan,
Apa sebenarnya pencapaian yang membuat saya lapang?
Pencapaian apa yang bermakna bagi saya?
Apa itu bermakna?

Dan tiba-tiba perjalanan pemuasan dahaga itu terasa hambar...
Dan saya masih mencari....

Comments

Popular posts from this blog

Akses Tulisan Fakhi? Di sini...