Pertemuan-Pertemuan
Saya selalu merasa setiap pertemuan itu begitu menarik untuk diabadikan.
Saya selalu merasa lucu sekaligus takjub bagaimana pertemuan-pertemuan itu terjadi. Dan bagaimana takdir Allah bekerja secara ajaib, magic!
Ah, betapa persilangan-persilangan bernama pertemuan itu bagaikan sihir yang menjelma menjadi warna-warna indah bernama dinamika kehidupan. Dan berikut ini merupakan beberapa cuplikan warna-warna itu.
***
Sebut saja namanya Cinta.
Dulu saat SMA kita bisa disebut sebagai musuh dibawah air.
Bagaimana tidak. Dia sering sekali marah karena saya sering melanggar peraturan tapi tetap selamat dan mampu bermuka manis serta meraih simpati para guru. Namun, beruntungnya saya sering mewakili berbagai lomba-lomba yang menurutnya tidak adil karena sebenarnya saya bukan anak yang baik.
Sementara, saya kurang suka dengan dia karena dia mengusik saya. Meskipun saya biarkan saja. Saling tidak bertegur sapa? Biasa. Membuang muka? Juga pernah. Namun, alangkah lucunya hidup ini, setelah lulus SMA, entah bagaimana awalnya, kita menjadi lumayan intens berhubungan. Diantara teman-teman lainnya, dia termasuk 3 orang yang paling sering chat dengan saya. Kalau diingat-ingat saya jadi geleng-geleng sendiri, bagaimana manusia dapat berubah sedrastis itu.
Kemudian, saya ingin bercerita pertemuan saya dengan seseorang berinisal Wai. Dulu, masih segar dalam ingatan saya, tiba-tiba muncul sebuah chat bernada teguran dari seseorang yang tidak saya kenal. Kira-kira begini chatnya (tidak persis asli).
"Halo, benar ini dengan F.I.R?"
"Iya, saya Fakhirah Inayaturrobbani. Iya Anda siapa?"
"Saya YY, oh ya, tulisan kamu cukup banyak ya muncul di web lembaga?"
"Cuma beberapa saja"
"Kamu angkatan 14 bukan? Kok ga pernah kelihatan di lembaga?"
"Kelihatan kok, saya begerilya di divisi."
"Tapi, organisasi bukan hanya divisimu,"
"Iya, tapi saya menjalankan semua proker divisi saya,"
"Ingat Fakhi, Lembaga bukan hanya divisi! Lembaga ini bukan hanya sekedar divisimu, ia lebih dari sekedar itu."
Toeng!
Batin saya saat itu, "Gilaa, nih orang sekali ngechat, ga tahu siapa, udah bikin saya babak belur," sejak saat itu saya punya perasaan kurang nyaman dengan dia.
Dan ternyata, dia menjadi partner saya dalam salah satu kepanitiaan dalam jangka waktu yang panjaaaang sekali. Tidak disangka, dia menjadi salah satu orang yang paling saya percaya kinerjanya, saya juga berkaca darinya kinerja saya yang buruk, dan dia menjadi salah satu orang yang saya salut akan komitmennya.
Daaan sekali lagi alangkah lucunya pertemuan-pertemuan ini.
Lalu, saya punya cerita lagi. Dulu saya pernah mengajukan diri menjadi asisten penelitian di bidang psikologi eksperimen. Dan ndilalah, saya ditolak, karena alasannya tidak menerima mahasiswa yang tidak menjadikan penelitian ini sebagai skripsi. Saya sedih, karena saya benar-benar ingin mereguk ilmu beliau secara intensif. Dengan lapang dada saya ikhlaskan kesempatan itu. Tidak disangka hari ini, sayalah yang beliau tawari langsung join research bukan asisten lagi. Kebetulan saya bergerak di penelitian pada bidang korupsi dan beliau baru mau masuk ke dunia penelitian korupsi.
MashaAllah, takdir Allah itu luar biasa ajaib!
Selain itu, saya juga pernah bermimpi mengasisteni professor psikologi sosial terkeren di Fakultas Psikologi UGM. Tapi, saya hanya butiran debu. Mahasiswa biasa yang nggak terlihat. Tapi, suatu hari, manager penelitian saya merekomendasikan saya untuk membantu salah satu penelitian beliau. Sekali lagi saya tercengang!
Betapa Allah begitu baik dengan saya. Saya berkesempatan mereguk mata air ilmu langsung dari pakarnya.
Begitulah sekelumit cerita saya dengan persilangan-persilangan dalam hidup saya.
Yang sekali lagi, saya begitu takjub akan setiap untaiannya.
Maka nikmat Tujuanmu yang manakah yang kamu dustakan?
Comments
Post a Comment