Apapun Karakternya Islam Kepribadiannya
Apa maksud dari judul diatas? Apakah beda antara karakter dan kepribadian?
Karakter adalah perilaku spesifik pada waktu yang spesifik dan berbeda dari satu orang ke orang lainnya. Sementara, kepribadian bersifat lebih menyeluruh, kumpulan dari berbagai karakter yang ada dalam diri orang tersebut.
Lalu, mengapa saya membahas ini disini?
Saya teringat karakter saya, karakter teman-teman saya, dan kecenderungan karakter mereka masing-masing. Misalnya, saat ada situasi yang tidak menyenangkan, waktu rapat molor misalkan, maka karakter orang akan kelihatan disini. Apakah ada yang kalem saja atau ada yang sudah istighfar berkali-kali menahan emosi, hehehe.
Namun, satu hal yang saya camkan dalam diri saya. Orang muslim bisa jadi berbeda karakter, tapi kudunya kepribadian tetap Islam, eheu. Jadi, kadang saya tidak khawatir-khawatir amat dengan perbedaan karakter teman-teman saya, selama ujung-ujungnya dia mengevaluasi diri pakai Islam.
Apa itu kepribadian Islam? An-Nabhani menjelaskan dalam preambule bukunya “Syakhshiyyah Islam” sebagai berikut:
“Kepribadian setiap manusia terbentuk dari aqliyah (pola pikir) dan nafsiyah (pola sikap). Kepribadian tidak ada kaitannya dengan bentuk tubuh, asesori dan sejenisnya. Semua itu hanya (penampakan) kulit luar belaka. Merupakan kedangkalan berpikir bagi orang yang mengira bahwa asesoris merupakan satu-satunya faktor pembentuk kepribadian atau mempengaruhi kepribadian. Manusia memiliki keistimewaan disebabkan akalnya, dan perilaku seseorang adalah yang menunjukkan tinggi rendahnya akal seseorang, karena perilaku seseorang di dalam kehidupan tergantung pada mafahim (persepsi)nya, maka, dengan sendirinya tingkah lakunya terkait erat dengan mafahimnya dan tidak bisa dipisahkan. Suluk (tingkah laku) adalah aktifitas yang dilakukan manusia dalam rangka memenuhi gharizah (naluri) atau kebutuhan jasmaninya. Suluk berjalan secara pasti sesuai dengan muyul (kecenderungan) yang ada pada diri manusia untuk mencapai kebutuhan tersebut. Dengan demikian mafahim dan muyulnya merupakan tonggak atau dasar dari kepribadian.” (Syakhshiyyah Islam, Jilid 1, An-Nabhani, 2007).
Kalimat terakhir merupakan kalimat yang bagi saya sangat teruji keilmiahannya. Bagaimana tidak? Di berbagai mata kuliah Psikologi saya, kalau mau merubah manusia, ubah dulu mindsetnya alias ubah dulu mafahimnya (misal: Cognitive Behavior Counseling/Therapy). Pun ketika ingin mengubah diri sendiri, diperbaiki dulu mindsetnya. Sebab, mindsetlah (mafahim) yang akan membentuk perilaku-perilaku kita. Perilaku-perilaku tadi bisa juga ekspresi dari karakter. Sekalipun karakternya keras, jika muyul (kecenderungan-kecenderungan dirinya) kembali kepada Allah dan rasulNya, ia telah memiliki salah satu karakteristik berkepribadian Islam, muyul terhadap aturan Islam. Jika kemudian ia tahan amarahnya dan sudah diwujudkan dalam bentuk sikap dan perilaku sabar, artinya suluknya menuju Islam Ataupun jika karakternya lembut dan jenaka, tapi ia keras hati mendengar ayat-ayat Allah, kiranya butuh perjuangan lebih kuat untuk mencapai kepribadian Islam. Apakah kepribadian Islam itu bawaan atau lingkungan? Abaikan variable bawaan fokus pada ranah usaha. Sebab, yang jelas kita bisa mengusahakannya.
Wallahua’alam bishshowab.
Fakhirah Inayaturrobbani
Jumat, 17 Maret 2017.
Edisi Mengeja Hujan Fardhiyyah (#Oposih)
Karena ditulis saat hujan
EdisiMemaksaDiriMenulisUlang
Comments
Post a Comment