Catatan Kecil di Sudut Pasuruan

"Ucapkan syukur kepada Tuhan setiap pagi ketika bangun tidur karena Anda masih punya sesuatu untuk dikerjakan, lepas dari Anda suka atau tidak," Charles Kingsley
----------------------------------------It's real Life------------------------------------

Seusai tahun '98, keluarga saya pindah ke daerah asal Ibunda, Bangil Pasuruan. Di kota kecil ini, kehidupan demi kehidupan nyata dirasakan gadis kecil seperti saya. seperti kerasnya pergaulan dengan anak-anak pasar rakyat, orang madura. Saya toh dulu senang-senang saja meskipun agak hidup susah. 

Tugu Pasuruan
Pasuruan konon dari dua frasa yang berbeda, "pasar" dan "uang" yang lama kelamaan menjadi satu frasa "pasaruang" berkembang lagi menjadi "pasuruan". Hanya supaya enak menyebutnya. tapi, tentang kebenarannya saya juga tidak tahu.

Saya juga masih ingat bagaimana indahnya senja di depan Masjid Jami' Pasuruan. Saya suka menghabiskan senja sampai maghrib di Alun-Alun Pasuruan yang rimbun. menyenangkan sekali.
Alun-Alun menjadi tempat yang membekas di hati saya. Bagaimana tidak? Sambil menunggu maghrib saya suka tidur-tiduran diatas rumput Alun-Alun yang basah. menikmati tenggelamnya matahari di balik masjid Jami' yang besar. Alun-Alun juga menjadi saksi saya mengendarai sepeda pancal pertama kali. Menabrak orang yang sedang duduk santai memakan kacang rebus. Kacang rebus, ubi rebus, singkong rebus merupakan makanan yang dapat dijumpai di daerah sekitar Alun-Alun. Murah Meriah. Alun-Alun Minggu pagi juga paling enak buat berolahraga. Ayah dan saya sering kesini untuk berolahraga bersama banyak orang lainnya. Beranjak besar, Alun-Alun adalah tempat saya menunggu angkot jurusan rumah saya. Tempat ngerumpi bersama teman-teman. Tapi, yang paling berkesan tentu saja memandangi senja hingga langit menghitam.
Kangennya...

Alun-Alun tampak dari jauh




Comments

Popular posts from this blog

Akses Tulisan Fakhi? Di sini...