A PART OF THE JOURNEY (1)


Kadang kita melupakan hal sederhana di sekitar kita, padahal mungkin itulah infrastruktur  awal  hidup kita dan bisa jadi itu adalah hal-hal istimewa yang luar biasa, hanya saja kita sering silau dengan sesuatu yang jauh dan terlihat berkilau. Nyatanya, tak semua yang jauh itu istimewa dan berharga. -Zwan-
___________________________________Miracle________________________________

Live is a journey….full  with unexpected event…

Take your challenges, brave nomaden


Nomaden, pernah dengar istilah itu? Jujur, saya pertama kali mendengar kata nomaden saat  belajar pelajaran Sejarah bab ‘manusia purba’ yang awalnya hidup nomaden alias berpindah-pindah tempat. Hingga akhirnya menjadi manusia purba menetap dan membuka ladang pertanian kuno mengikuti arus sungai dan lembah. Terus berkembang menjadi masyarakat modern yang agraris. Teori manusia purba tidak aku percaya sepenuhnya, hanya saja aku setuju bagaimana awalnya masyarakat agraris itu terbentuk hingga sekarang. Yaitu mengikuti aliran air.



Tentang berpindah-pindah, memang begitulah hidup. Sebuah pepatah arab mengatakan,
“ Berpindahlah kamu mungkin kamu akan kehilangan, tapi kamu akan mendapat ganti dari kehilanganmu berupa sesuatu yang lain” (terjemahan bebas penulis).


Bahkan Nabipun menganjurkan para pengikutnya hijrah demi mendapatkan perlindungan, meski mereka harus kehilangan relasi dan keluarga yang berada di Mekkah. Selain itu, orang-orang Cina juga punya filosofi untuk terus  hidup bergerak menuju Barat, ini juga sejalan dengan filosofi orang Jawa bahwa ‘jika kamu ingin berhasil bergeraklah menuju barat’. Ada pula yang sama-sama punya untuk terus berpindah tempat namun tidak harus menuju barat bisa kita dapati di Sumatra. Dimana ‘merantau’ sudah menjadi tradisi para anak laki-laki begitu menginjak dewasa.

Siklus dan filososfi ‘berpindah tempat itu sehat’ bukan hanya dimiliki oleh kehidupan manusia. Alam pun juga demikian, yang paling mudah kita amati adalah air, udara, dan tanah serta masih banyak lagi. Air yang sehat adalah air yang mengalir, udara yang sehat adalah udara yang mengalami perpindahan tempat alias yang mengalami sirkulasi, tanah yang sehat ialah tanah yang  mengalami siklus tanah dan sering dibajak (dengan dibajak tanah yang di bawah akan naik keatas dan yang di bagian atas akan terdesak ke bawah, sehinga menghasilkan pori-pori tanah yang pas untuk tumbuhan).
Itulah yang akan kita rasakan begitu berpindah tempat, jenuh dengan satu kegiatan, berpindahlah ke tempat lain yang memberikan aktivitas berbeda. Atau kita merasakan sedih teramat sangat maka mari kita coba berpindah ke tempat lain, sekadar menenangkan diri dan mencari solusi atau bergabung bersama teman-teman di tempat lain yang sanggup membuat kita melupakan kesedihan kita.

Percayalah, berpindah tempat bukan sesuatu yang buruk. Seandainya para pedagang Gujarat tidak mau terus menerus berpindah tempat untuk berdagang, apa perdagangan mereka akan mendunia? Apa Islam akan masuk ke Indonesia? Tidak, tidak akan begitu jika pedagang Gujarat hanya ‘muter’ saja di Arab.
Dengan berpindah tempat, kadang kala kita bisa menjadi lebih bijak. Karena ‘dimana kaki menjejak disana langit dijunjung,” (maaf lupa peribahasanya). Intinya, di setiap tempat punya karakteristik, norma, adat, tradisi, kebiasaan, aturan yang berbeda-beda. Sehingga, mau tidak mau kita tidak bisa menjadi egosentris hanya karena kita punya kebiasaan, adat, atau budaya sendiri. Kita bisa belajar banyak dari perbedaan suku bangsa negara atau pluralitas. Belajar untuk mengembangkan diri di lingkungan baru, belajar mengenal tempat lain dan bagaimana cara menyikapinya, menyesuaikan diri dengan aturan lingkungan yang berlaku. Yakin, itu semua akan membuat kita lebih belajar cara menahan diri, menempatkan diri dan lebih mengeksplore diri kita.
Lalu…
Apakah ‘berpindah tempat ‘ selalu berakhir positif?
Ya tidak, itu semua pada akhirnya kembali ke individu. Bagaimana seharusnya ‘merantau’ menjadi ajang belajar dan menganalisis sebanyak-banyaknya berbagai tempat yang kita singgahi. Mengambil pelajaran dan hikmah untuk dijadika pengalaman hidup.
Namun, yang pasti dengan “Merantau, Usaha, Doa dan Ihsanul amal” (MUDI) pasti akan ada keberkahan tersendiri. Bagi yang betah tidak berpindah tempat, sah-sah saja, asal pikiran dan pengalamannya ternyata sangat ‘berpindah tempat’ melampaui rusuk-rusuk dunia . menembus batas cakrawala.
Pada akhirnya semua bergantung  pada pilihan kita…

Di sesi berikutnya..akan ada kisah-kisah para perantau dibawah 17 tahun… nantikan dan nikmati.


Comments

Popular posts from this blog

Akses Tulisan Fakhi? Di sini...