Meretas Waktu
Gadis muda itu begitu lincah kesana kemari. Begitu sibuk rupanya. Meskipun demikian, sesempat mungkin ia menebar senyum kepada siapa saja yang ditemuinya.
Penampilannya khas, bergamis dan berkerudung lebar. Tas ransel hitam besar senantiasa tersampir di pundaknya. Tak lupa, Laptop Lenovo merah adalah perangkat wajibnya. Juga sepatu gunung warna setiap mengiringi langkahnya.
Seringkali ia dikelilingi banyak orang, membentuk diskusi-diskusi kecil. Sst…Ia sedang rapat kepanitiaan. Ya, rapat dimana-mana. Suatu hari pernah kutanya apa yang dia lakukan, “Mengurusi umat,” jawab gadis itu sambil tertawa.
Seringkali ia dikelilingi banyak orang, membentuk diskusi-diskusi kecil. Sst…Ia sedang rapat kepanitiaan. Ya, rapat dimana-mana. Suatu hari pernah kutanya apa yang dia lakukan, “Mengurusi umat,” jawab gadis itu sambil tertawa.
Ia dikenal sebagai sosok yang ramah dan senang tertawa. Menyebar kebahagiaan dimana-mana. Ia juga orang yang paling sering dicari oleh keluarga, paling ditunggu kedatangannya oleh adik dan kakaknya, disayangi oleh guru-gurunya.
Gadis itu hanya gadis biasa sebenarnya. Namun, tekad dan kesabarannya yang membuat ia luar biasa. Gadis kecil yang dulu kekenal ringkih dan sakit-sakitan. Kini berkembang menjadi gadis yang lebih tegar dan dewasa. Penuh kekuatan dan perjuangan.
Aku ingat dulu ia kurus sekali, punya sakit maag akut dan lambung kronis. Sering sekali di bawa ke rumah sakit. Bukan karena ia tidak mau makan tapi karena makan akan terus membuatnya mual dan muntah. Kini sakit itu sudah hilang. Entah bagaimana caranya. Itu sembuh dengan sendirinya. Malah ia yang paling kuat diantara saudara-saudaranya. Paling jarang sakit diantara saudara-saudaranya dan itupun tidak lama.
Yang aku tahu ia juga menjadi orang yang dipercaya oleh teman-temannya untuk berbagi rahasia. Pun begitu dalam keluarga. ialah yang sering menguatkan keluarganya. Secara langsung maupun tidak langsung.
Dulu Ia juga gadis kecil yang penakut. Dia pernah terjatuh ke dalam selokan ketika belajar mengayuh sepeda. Sejak saat itu dalam jangka waktu yang lama ia tidak mau menggunakan sepeda. Begitu pula saat berangkat ke sekolah. Tidak sepemberani yang lain. Ia harus diantar jemput lebih lama daripada teman-temannya. Kini ia berani pulang pergi sendiri melintas provinsi. Berani menyambut tantangan yang berat. Berani menanggung resiko perjuangan. Berani menderita dalam dakwah.
Ah, dia juga gadis kecil yang pemalu dan pendiam. Malu untuk bicara dan bergaul. Jarang mengungkapkan kemauannya. Tapi kini ia menjadi pembicara yang baik, pergaulannya luas, punya banyak teman. Dan senang berbagi cerita. Ia berubah dengan luar biasa.
Seringkali aku melihat dia menitikan airmata dalam perjuangannya itu. Ingin aku merengkunya. Namun, sesering itu pula ia hapus airmatanya. Kembali berdiri setegar karang. Seringkali katung matanya terlihat jelas menggelayut. Sesering itu pula ia tetap berusaha terjaga. Seringkali aku lihat gurat kelelahan teramat sangat. Aku sarankan ia untuk beristirahat sejenak. Sesering itu pula ia menjawab, “Nggak sekarang ya. Rasanya masih banyak amanah perjuangan yang lebih layak dikerjakan,” seraya tersenyum.
Waktu berlalu begitu cepat, gadis kecil itu tumbuh semakin matang.
Aku bertanya padanya apa yang menguatkannya. Apa yang sanggup membuat ia berubah, dengan riang ia menjawab “ Mengkaji Islam.” Katanya mantap.
Aku berkaca-kaca.
Aku bangga padanya. Sungguh aku bangga pernah mengenalnya.
Aku ‘bangga’ melihatnya menderita dalam perjuangan daripada melihatnya gembira dalam dalam kelalaian. Aku bangga mendengar tangisannya karena pengorbanan daripada mendengar tawanya dalam kemaksiatan. Aku bangga andai dia harus mati syahid di medan kebenaran daripada hidup dalam kesesatan. Karena itu mulianya bukan karena pangkat, harta dan rupa, tapi karena iman dan Islam.
Setiap melihatnya, aku malu. Belum mampu, sekuat, setegar, seceria, sesabar, sebaik dirinya.
Padahal aku adalah kakaknya.
Untuk Adikku di medan perjuangan,
Untuk setiap hutang rengkuhanku padamu,
Untuk setiap hutang perhatianku padamu,
Maafkan kakak.
Kepada siapapun teruntuk tulisan di atas; sadarilah bahwa dalam perjuanganmu kamu tidak sendiri. Ada banyak orang di luar sana yg menyayangimu lebih dari yg kamu tahu. *hiks terharu*
ReplyDeleteSo always keep figth, keep struggle, keep smile and don't forget keep health too! Aza-aza fighting !! -.-" <3