“Katya, Pingsan lagi!” Aku yang bersiap menangkap dribble bola dari Roni terkejut, hilang sebagian konsentrasiku. “Bro, awas!” suara Roni juga mengusik pendengaranku. Aku cepat tersadar begitu bola melambung tepat dari sudut elevasi 45 derajat, menukik ke mukaku. “Happ” untung refleksku bagus, bola itu secepat yang aku bisa segera kulempar ke dalam ring. “Bluk….” Masuk! “Cool man!” Teriak Roni mengacungkan dua jempol kearahku, begitu pula Bram, Raka dan Putra serentak menghujaniku dengan seruan, ‘cool’, ‘you’re rock’ dan ‘traktir!’. Yang terakhir agak nggak enak kayaknya. Aku tersenyum senang, namun tidak sepenuhnya senang. Ada sesuatu yang mengganjal. Kabar bahwa Katya pingsan lagi mengusikku. Kenapa aku bilang lagi, karena Katya memang sakit-sakitan. Aku menelan ludah kecut saat melihat beberapa orang membopong tubuh Katya ke dalam UKS melewati lapangan basket dimana aku berdiri sekarang. “Kasihan, Tya… pingsang lagi,” Roni berdiri disampingku sambil mengelap keri...