ELEGI INDONESIA, IBUNDA dan PEMUDA
Dulu…
Bergenang darah adalah sebuah titian panjang
Menuju lazuardi kemerdekaan, sayang…
Sekarang…
Bukan bambu runcing yang terpancang,
Atau buritan senjata terkokang,
Yang dibutuhkan adalah sebuah pemikiran matang,
Untuk memilah kehidupan feodal yang jalang…
Dulu,
Rakyat adalah butiran-butiran riak,
Kemudian bersatu menjadi laksamana ombak
Karena sadar bahwa kebiadaban tak berotak,
Tak bisa dilawan hanya dengan gertak
Rakyat berpesta darah menyerang serentak,
Inilah sayang, kesatuan yang bijak,
Sekarang…
Rakyat cerai berai berbuih busa,
Tak kenal lagi arti persatuan persada,
sejarah hanya sekedar memoar bisu semata,
Lihat, betapa kata nasionalisme begitu maya,
Muncul ketika benturan fisik nyata,
Nyalanya redup saat sentausa,
Kita butuh ikatan yang lebih kuat dari itu ananda…..
Dulu…
Pusaka dijaga laksa, dijaga jiwa, dijaga raga,
Itu untuk rakyat semata,
Sekarang…
Hilang tenggelam bersama kontrak kerjasama,
Negri asing menyanyikan nada indah persahabatan antar negara ,
Dengan jerat metamofora indah kata sejahtera,
Mereka menggadaikan rakyat kita,
Sayang… itu hanya beberapa fakta tragis dalam nyata,
Anakku, pemuda titisan surga,
Fajar baru selalu ada,
Hari tak hanya berakhir pada senja,
Gempur mereka…
yang katanya memperjuangkan Asasi Manusia,
nyatanya mengumbar nyawa adalah biasa,
menyuarakan kata asasi dunia,
sendirinya mengotori perspektif semesta,
lalu menutupinya dengan kilauan hak istimewa…
lalu, sebenarnya apa hakikat sebuah kata,
yang didengungkan oleh mulut busuk berbisa?
Jangan percaya ananda,
Mereka mendengungkan kebenaran buta,
kebenaran yang hanya untuk mereka
Esok adalah tahun perjuangan…
Pun kemarin dan sekarang,
Langkah masih panjang membentang,
Kuatkan hati untuk berjuang,
Ribuan doa kupanjatkan untuk kalian sayang,
Agar engkau tak pernah berbalik karena aral melintang,
Ranah perjuangan penuh puing godaan,
Tetaplah berjuang untuk dunia,
Tetaplah di garda depan untuk yang benar nanda…
Ananda, gerakkan tangan kalian bersama ribuan bayu…
Merengkuh emas kejayaan di gemuruh zalim yang padu,
Dengan kesemangatan generasi penakluk zaman…
Ananda…
Kejayaan bukan sebuah pragmatisme ataupum romantisme , tapi ini puing mimpi yang abadi…
Satukan mozaik puzzle Indonesia yang hilang seiring masa,
Mozaik sentausa diujung senja yang tenggelam..
Comments
Post a Comment