3 Hari di LIPI Ngapain aja? (#hari ke 3)


#Hari ke-3
The Winner Is..

Agenda hari ke-3 adalah yang terpadat karena sampai malam nonstop.
Sebagai berikut :
07.00 Finalis harus sudah siap untuk dijemput kembali  ke LIPI
08.00-09.00 Finalis menjaga stand pamerannya.
09.00-13.00 Audiensi ke kampus STIE Bumi Putera 1920
13.00-16.00 Seminar HAKI (Hak Kekayaan Intelektual)
17.00-18.00 Gladi Malam Penganugrahan
19.00-21.00 Malam Penganugrahan
22.00-23.00 Kembali Ke Hotel.

Bumiputera

Sponsor penuh kegiatan ini dari tahun ke tahun memang Bumiputera. Maka tidak heran kali ini kalau kami dibawa ke salah satu aset Bumiputera yaitu STIE Dharma Bumiputera. Disini kita jadi tahu sejarah Bumiputera. Ada satu peristiwa lucu. Yaitu saat sesi tanya jawab. Sesi ini membuka kesempatan bagi siapapun untuk bertanya dan mengomentari. Pada suatu kesempatan berdirilah seorang mahasiswa berkulit putih. Berdiri merupakan kode etik tidak tertulis untuk bertanya. Begini ilustrasinya :
Mahasiswa : saya akan menanyakan beberapa pertanyaan.
Moderator : ya silahkan.
Mahasiswa : Pertama, bla...bla...bla...bla...bla...bla.... (kondisi peserta lain mabok, karena kelamaan)
Moderator : ----------(puyeng karena nggak selese-selese)
Peserta :7\&(98(&^%%$#@ (BT karena masing ngoceh)
Mahasiswa : Pertanyaan ke-dua saya adalah bla blub...blub...blehhh bla bla bla
(Peserta semakin ricuh).
Mahasiswa : Pertanyaan ke-3, ke-4 dan seterusnya.
Peserta : (tutup kuping)...
Mahasiswa : pertanyaan selanjutnya....
Belum selesai ngomonng eh pada tepuk tangan.
PLOK...PLOK...Kita semua sengaja bertepuk tangan untuk menghentikannya, eh, ternyata masih lanjut sampai mulutnya berbusa-busa, apalagi telinga kita sudah kabur entah kemana kali ya.
Para peserta siap-siap siram ini mahasiswa pakai bensin, hahhaaa... ekstrim. Kan Cuma siap-siap, belum nyiram hehehee...
Akhirnya setelah mabok kepayang, mahasiswa itu sadar juga telah bertindak laku kriminal pasalnya semua pada teler dengernya. Hehehe...
Pelajaran bagi kita semua, perhatikan respon pendengar saat bertanya...

AWARD NIGHT
Wew, setelah melewati rangkaian acara dari pagi sore. Tibalah kita di malam pentasbihan (asyek bahasanya nggak kuat). Secara pribadi sih nggak ada feeling apa-apa karena memang nyata dan tampak bahwa apa yang kelompok kita bawa (research I mean) unmaximally. But, I had really strong feeling that my friend gonna be winner. One the sign is his scientific paper were becoming one of the sample how to write scientific paper.
Bagi saya malam itu sungguh mengharukan. Dengan segala kesederhanaannya malam itu istimewa. Dengan segala yang terjadi malam itu berkesan.  Saat itu kita juga sudah ketar-ketir pembimbing kita bakalan dateng nggak ya di tengah-tengah kita untuk menyaksikan hasil kerja keras kita semua. Pasalnya Bunda harus membagi waktu antara LDK dengan LKIR. Big thanks to Bunda yang mau berkorban ngikutin dua-duanya tanpa ada sedikit pun jeda. Pagi ini Bunda dan temen-temen kelas 10 jalan kaki ke Cianjur sampai Wadi FM, baru Bunda balik lagi ke Bogor dan segera menyusul ke Jakarta. Wuih, nggak bayangin seberapa kuat Bunda ini. Entah kalau saya. Udah tepar kali besoknya. Makasih Bunddd...
Akhirnya saat Isya tiba, Bunda kelihatan batang hidungnya di mushola LIPI. Wuih. Seneng tapi sekaligus nggak enak. Terharu pokonya.
Acara pun dimulai tanpa basa-basi. Dibuka dengan lagu yang nasionalis banget sekaligus mengharukan karena menceritakan perjuangan anak bangsa berkarya. Lalu langsung diumumkan pemenang LKIR ke-44. Whoah, nggak basa-basi dulu nih panitia. Yah mungkin yang diumumin nanti banyak jadi harus dibagi-bagi waktunya. Ngerti lah.
Kebetulan yang dibacain duluan bidang IPS, saya dan kawan-kawan tidak terlalu berharap banyak. Alhamdulillah ternyata kita sudah sembilan besar se-Indonesia. Lalu dilanjutkan ke bidang IPA dan terakhir IPTK. Saat diumumkan bidang IPTK ini, kita masih konsen dengan posisi masing-masing hingga teman saya itu disebut namanya. Saya rasanya udah gemetaran tapi tetap fokus mengarahkan kamera (kegiatan yang sejak tadi saya lakukandari awal acara). Sampai acara pembacaan selesai, baru saya berbalik badang menghadap ke teman-teman dan pembimbing saya.
Rasa haru itu membuncah sampai di dada,  mata saya berkaca-kaca, “Selamat ya, Bund. Anak Ibu tuh...”
Hening
Bunda nggak jawab apa-apa kecuali mengulurkan tangannya ke saya, saya menggenggam tangannya lama sekali. “Akhirnya, ada yang bilang ‘anak Ibu tuh’ dengan penuh kebanggaan,” Huah, tumpah semua airmata kita.
Apalagi saat temen saya yang keluar sebagai juara 3 itu menghampiri kami dan menyerahkan pialanya ke Bunda. Entah kenapa itu malah bikin tambah terharu. Mungkin bisa dibilang lebay. Tapi, Cuma kita yang tahu bagaimana kerja keras yang dijalani selama ini. mungkin sekolah lain menganggap anak dari Bogor menang mah udah biasa, kota sih. Tapi sekali lagi Cuma kita yang tahu bagaimana babak belurnya kita menjalani ini. sebagai angkatan pertama yang nggak punya contoh dari kakak kelasnya. Betapa apa yang kita raih ini bukanlah hal mudah.  Dengan sekolah yang belum terlegalisasi diknas saat itu, itu nggak mudah. Dengan segala keterbatasan, ini keajaiban.  
Pengorbanan dan cobaan juga nggak mudah. Temen saya ini sempat laptopnya eror dan tralalala datanya hilang semua saat diumumkan siapa saja yang masuk final. Betapa beratnya mengumpulkan data dari awal lagi. Pembimbing kami juga harus membagi waktu dengan banyak hal.
Setelah diketahui hasilnya, kami merasa sangat lega. Segala Puji hanya bagiMu yang Allah.



Comments

Popular posts from this blog

Akses Tulisan Fakhi? Di sini...