"Mbak, Mbak...baik-baik saja?"
![]() |
Source: gracetravelling.blogspot.com Lihat kotak amal, itu tempat terakhir pegangan saya. >_< |
Sepenggal kisah pas lagi penelitian ngumpulin data di Roti Unyil Venus. Mau wawancara yang punya nih ceritanya. Kejadian itu dua hari sebelum puasa. Nggak ada yang istimewa dan bukan kejadian yang membanggakan sih. Tapi memalukan. Hho..
Yah berikut kisahnya..
***
Tiba-tiba pandanganku mengabur dan gelap. Hanya suara yang
aku dengar.
“Pokoknya jangan hari Sabtu dan Minggu ya...” suara di
depanku semakin lirih terdengar. Perutku mual, kakiku serasa kesemutan dan
goyah untuk menopang badanku.
Mengapa tiba-tiba menjadi gelap begini. Aku berkali-kali
mencoba menajamkan penglihatan. Sial. Yang kulihat hanya gelap. Bagaimana ini?!
aku sedang berbicara dengan calon narasumberku. Mengapa jadi kacau begini. Semua ini harus diakhiri, batinku menggusar.
Semua yang diucapkan oleh narasumber tidak dapat kudengar.
Suara orang-orang di sekitarku juga perlahan menghilang. Aku kebingungan dengan kondisiku setengah
mati. Karena aku tidak pernah mengalami hal ini sebelumnya.
Aku harus segera pergi, tapi pembicaraan kami belum
berakhir. Ini pembicaraan penting untuk penelitianku. Aku tidak bisa begitu
saja pergi dan kabur. Susah payah aku menjaga tutur dan nada bicaraku. Susah
payah aku tersenyum mendengarnya.
“Baiklah, bu. Mungkin besok saya akan kembali lagi kesini.
Terima kasih,” akhirnya kata-kata itu keluar juga dari bibirku. Sekaligus
berharap ini menjadi ujung pembicaraan kami. Aku mengangguk dan bergegas pamit. Walaupun
pandanganku benar-benar hitam. Tentu saja aku berjuang keras agar tetap
mendengar meski tanpa melihat dan walaupun kaki bergetar hebat.
Aku berbalik meninggalkan tempat terakhir berpijak. Dengan
pandangan hitam legam, dan pusing yang menggila. Langkah kakiku kuayunkan
lamat-lamat. Berdoa agar aku tidak jatuh sekarang. Ayolah aku kuat.
BRAK
“Maaf, maaf, maaf,” aku menabrak seseorang yang entah siapa.
Sungguh aku tidak dapat melihat apapun dengan kepala beratku ini.
BRAK
Ah, menabrak lagi untuk yang kedua kalinya. “Maaf,” kembali
kuucapkan kata maaf dengan lirih. Aku trus menguatkan diri. Tujuanku sekarang
adalah mencapai tempat duduk di sebelah depan ruangan ini. tapi, bagaimana?
Kepalaku bertambah pusing. Perutku sakit, seakan menarik
semua tubuhku kedalamnya. Aku mempercepat langkah kakiku. Menabrak benda keras
lagi. Sepertinya ini pintu. Oh, bukan kotak sumbangan tepatnya. Pandanganku
tetap gelap. Kepalaku tetap pusing. Perutku tetap perih.
Tiba-tiba, ada seseorang memegang bahuku. “Kenapa mbak?”
perasaan sedikit lega tiba-tiba menyelimuti. Ada orang yang menolong. Dan aku
memejamkan mata untuk itu.
Aku merasakan tubuhku dibawa menuju kursi yang ingin aku
gapai. Sayup-sayup, terdengar banyak orang mengelilingiku. Entahlah, aku tidak
begitu peduli. Aku cukup lega begitu aku terjatuh di tempat yang tepat.
“Mbak, mbak, baik-baik saja?”
Gelap...
Comments
Post a Comment