Kenali, Cintai…
Saat itu saya sedang mendengar teman saya menyanyi dan bermain piano. Suara indah banget, permainan pianonya juga lumayan (ukuran saya yang bedain doremi aja lemot banget). Hem, akhwat yang satu ini memang bersuara indah, bagus ngajinya, bagus dakwahnya, bagus rupanya, bagus prestasinya, bagus suara, bagus personalisasinya, bagus dermawannya, dan bagus-bagus yang lain. (hayoo coba tebak siapa…?)
Saya sungguh berdecak kagum, dan berkata subhanallah ya…“Untung ketemu Islam!” Dan perkataan saya itu diamini dia, “Iya, fakh. Untung ketemu Islam, kalau nggak mungkin aku udah mati-matian jadi artis, ikut audisi sana-sini, belajar ngedance, korea lovers,” Saya tersenyum saja, dalam hati, saya pun ikut bersyukur. Pasalnya sungguh berpotensi sekali ia jadi artis, mungkin tidak salah seratus persen menjadi artis yang sholihan. Namun, system dunia hiburan pasti akan memaksa sesholih-sholihnya artis untuk bermaksiat. Minimimal jadi setan bisu, alias tak sanggup me’amar ma’rufi mereka. Hanya menentang dalam hati.
Saya punya banyaaaak teman yang luar biasa.
Ada teman saya dari daerah Sumatra, dianugrahi kelembutan dan kecantikan yang alami, keramahan, pandai dalam bertutur, pandai melembutkan hati orang dan segenap potensi lainnya. Saat itu kita pernah saling nyeletuk, “Untung ketemu Islam, ya fakh. Coba kalau nggak, mungkin aku udah jadi apaan tahu dengan kemampuan ini,” Hem, sekali lagi, saya sungguh bersyukur.
Di lain waktu saya saat itu berdiskusi bareng temen-temen sekelas, yang mancai tak terbantahkan potensi-potensi mereka. Ada yang pandai betul membuat tulisan yang renyah, sehingga pengunjungnya bisa sampai puluhan ribu (aminn bisa nambah). Untung teman saya bertemu Islam katanya, jadi kepandaiannya menenun kata itu bisa berubah jadi lading pahala. Katanya, “ Bener fakh, mungkin kalau aku nggak ketemu Islam, aku bakal nulis novel-novel yang picisan dan menginspirasi sesuatu yang nggak bener,”. Aku retweet jawaban dia.
Ada juga yang jago berdebat yang kata-katanya mampu membuat orang mengangguk-angguk. Ia juga pernah share ke saya, ia sungguh bersyukur bertemu Islam. Dulu, ia sangat berambisi untuk mendebat semua orang yang berseberangan darinya. “Mungkin,” katanya juga, “aku bakal jadi politikus, atau jaksa handal yang membela demokrasi,”
Atau, teman saya yang ini. Kemampuan designnya sudah go internasional. Bagus deh pokoknya. Saya bersyukur ia kini telah mengkaji Islam, yang mana dengan designnya itu ia mampu menggerakkan banyak orang untuk meraih pahala atas ajakan yang tak lagi mempan diungkapkan dengan kata. Designnya mampu mengungkap ribuan ajakan hanya dalam durasi 5 menit animasi yang dibuat. Mampu menggetarkan banyak orang. Mampu membuat orang berbondong-bondong mengikuti acara dakwah. Sekali lagi, “Untung ketemu Islam,”
Saya bertemu banyak lagi lainnya yang BERSYUKUR bertemu dengan ISLAM. Memang sesugguhnya kebahagiaan terindah adalah nikmat iman. Hem, bagaimana dengan saya? Saya sangat bersyukur dapat menggapai indahnya Islam sebelum terlambat. Dengan kemampuan berbicara dan kesenangan terhadap menulis saat tidak tahu Islam. Bisa jadi akan jadi boomerang buat saya saat di akhirat. Karena tidak saya gunakan untuk meraih pahala. Dan malah menabur dosa.
Bagi saya, Islam saat ini adalah kenikmatan yang luar biasa. Semoga kita semua bergegas merasakan nikmatnya Islam. Karena Iman itu hanya mampu dirasakan oleh diri kita sendiri.
Islam itu indah, Islam itu nikmat.
Saya kadang sedih, ternyata saya terlambat mengenal keindahan Islam.
Pernah seseorang berkata pada saya, " Kenali Islam lalu cintai ia"
Zwan di penghujung senja.
24/03/2013
17:22:33
Comments
Post a Comment