Catatan catatan
Rasanya baru kemarin saya menuliskan ini di tanggal yang sama namun pada tahun yang berbeda.
Renungan Awal Tahun 2013, Kita Ini Masyarakat Apa?
yang lagi, rasanya masih cukup relevan dengan keadaan negri di tahun 2015 nanti.
Juga saya mencoba mendekskripsikan kegelisahan saya tentang pergantian presiden dalam baris-baris narasi 2014, Perjalanan Menuju Pengkhianatan dan juga rajutan kekhawatiran saya pada awal tahun 2014 Tahun 2014, Akan Dibawa Kemana Nasib Kita?
Apakah saya harus mulai menulis lagi, 2015, Pincang dan Compang?
untuk kembali menggambarkan apa kabar negri ini?
Indonesia...
Indonesia...
Indonesia...
Merintih, tersayat, terjerembab menyebut namamu. Getir dan satir.
Indonesia masih punya harapan.
Ya!
Saya percaya!
Saya sungguh percaya.
Namun, dengan syarat.
satu, buang senjata yang ternyata selama ini mencabik-cabik rakyat.
senjata tak manusiawi itu menikam digunakan dengan ganas merobek hati rakyat.
dua, berhenti. berhenti dicekokin oleh mereka drakula penghisap uang rakyat, berhenti didekte asing, berhenti digerogoti.
tiga, ganti. ganti sistemnya ganti rezimnya.
ini bukan anarkis.
ini jerit, ini kejujuran.
buka.
buka mata, buka hati, buka pikir.
pertanyakan dalam hati.
mengapa, mengapa Indonesia begini.
"Di pentas dunia, Indonesia ibarat orang yang habis mengalami kecelakaan lalulintas dan patah tulang kali, dipaksa ikut lomba lari maraton oleh mentornya, IMF. Orang nekat itu mungkin saja sampai garis finish, tapi dalam keadaan payah atau bahkan digotong,"
(Catatan Hitam Lima Presiden Indonesia, Ishak Rafick)
"Gambaran suram itu tak mengada-ada, banyak negara dunia ketiga yang telah berubah wajah menjadi lembih compang camping, lebih menderita. Ekuador, misalnya, setelah mendapat bantuan IMF dan Bank Dunia selama lebih dari tiga puluh tahun, telah menjadi semakin carut marut. Tingkat kemiskinan dan kesenjangan berdasarkan rasio gini naik" (The Confession of Economic Hitman, John Perkins, hal 233-234)
Renungan Awal Tahun 2013, Kita Ini Masyarakat Apa?
yang lagi, rasanya masih cukup relevan dengan keadaan negri di tahun 2015 nanti.
Juga saya mencoba mendekskripsikan kegelisahan saya tentang pergantian presiden dalam baris-baris narasi 2014, Perjalanan Menuju Pengkhianatan dan juga rajutan kekhawatiran saya pada awal tahun 2014 Tahun 2014, Akan Dibawa Kemana Nasib Kita?
Apakah saya harus mulai menulis lagi, 2015, Pincang dan Compang?
untuk kembali menggambarkan apa kabar negri ini?
Indonesia...
Indonesia...
Indonesia...
Merintih, tersayat, terjerembab menyebut namamu. Getir dan satir.
Indonesia masih punya harapan.
Ya!
Saya percaya!
Saya sungguh percaya.
Namun, dengan syarat.
satu, buang senjata yang ternyata selama ini mencabik-cabik rakyat.
senjata tak manusiawi itu menikam digunakan dengan ganas merobek hati rakyat.
dua, berhenti. berhenti dicekokin oleh mereka drakula penghisap uang rakyat, berhenti didekte asing, berhenti digerogoti.
tiga, ganti. ganti sistemnya ganti rezimnya.
ini bukan anarkis.
ini jerit, ini kejujuran.
buka.
buka mata, buka hati, buka pikir.
pertanyakan dalam hati.
mengapa, mengapa Indonesia begini.
"Di pentas dunia, Indonesia ibarat orang yang habis mengalami kecelakaan lalulintas dan patah tulang kali, dipaksa ikut lomba lari maraton oleh mentornya, IMF. Orang nekat itu mungkin saja sampai garis finish, tapi dalam keadaan payah atau bahkan digotong,"
(Catatan Hitam Lima Presiden Indonesia, Ishak Rafick)
"Gambaran suram itu tak mengada-ada, banyak negara dunia ketiga yang telah berubah wajah menjadi lembih compang camping, lebih menderita. Ekuador, misalnya, setelah mendapat bantuan IMF dan Bank Dunia selama lebih dari tiga puluh tahun, telah menjadi semakin carut marut. Tingkat kemiskinan dan kesenjangan berdasarkan rasio gini naik" (The Confession of Economic Hitman, John Perkins, hal 233-234)
Comments
Post a Comment