Musyawarah Akbar, Sesi dan 27 menit 9 detik

Musyawarah Akbar
Musyawarah akbar adalan momen tahunan yang menentukan gerak sebuah organisasi kedepannya, dan juga musyawarah semua anggota dengan azas musyawarah mufakat. Saya meluangkan waktu beberapa hari untuk hadir di rapat akbar anggota tahunan ini. Menyeret tubuh saya untuk menembus hujan deras yang menggoda untuk berbalik pulang. Sesampainya disana, begitu mengikuti jalannya forum selama 27 menit 9 detik, saya tercenung dan merenung. Sungguh begitu banyak pelajaran yang dapat dipetik dari kegiatan ini. Saya akan berbagi sedikit, salah satunya adalah pembuatan aturan.
***



Menyatukan suara.
Ternyata menyatukan suara segelintir manusia saja susah.
Seperti, menyatukan suara bulat terkait apa itu 'sesi'  saja sungguh pelik dan menghabiskan banyak waktu. Dalam tata tertib musyawarah, ada sebuah peraturan untuk jeda lima menit antar tiap sesi. Lalu, apa itu sesi?

Anggota satu berpendapat sesi adalah jeda antar agenda, anggota yang lain berpendapat sesi adalah waktu istirahat, anggota yang lain lagi berkata satu sesi adalah satu hari. hufh.... interupsi, yang lain menambahkan, satu orang lain mengacungkan tangan tidak setuju. Begitu terus waktu berjalan dan suara belum padu.

Sungguh beragam sekali pendapat manusia. Bervariasi sekali persepsi manusia. Persepsi dan kesadaran sangat sangat sangat subjektif. Sangat dipengaruhi variabel yang sangat subjektif. Interpretasi manusia sungguh sangat subjektif. Sekalipun ketika disatukan dianggap akan menghasilkan klausul intersubjektivitas yang diharapkan merepresentasikan keobjektifan, namun diakui atau tidak diakui, tetap saja, itu subjektif.

27 menit 9 detik.
Ah benarlah, ternyata manusia itu sungguh lemah dan terbatas.
untuk menentukan aturan dari satu kata saja harus menghabiskan waktu sekian lama dan tenaga sekian daya.
Padahal, aturan kehidupan ini kompleks dan rumit.
Jikalau manusia menunjuk perwakilan dari mereka, lalu bermusyawarah untuk membuat aturan kehidupan, saya rasa itu tetap penuh kelemahan dan kecacatan.
Ah, benarlah, manusia ini sungguh penuh cela dan lupa.
Tak layak kita sombong dan arogan,
Firman Allah patut kita renungkan, "Dan siapakah sebaik-baik pembuat hukum selainku?"*



*Al-Maidah ayat 59*

Comments

Popular posts from this blog

Akses Tulisan Fakhi? Di sini...