Posts

Showing posts from August, 2015

Konfirmasi demi Komunikasi Lebih Baik

Dear para pembelajar... Mari bersama-sama mengingat bahwa, "hidup adalah perkara menghadapi orang lain, baik dalam hal sepele maupun yang sangat penting, dan itu berarti melakukan serangkaian komunikasi"  begitulah kata Deborah Tanen. Pun saat kita berkomunikasi via gadget. Tentu dasar-dasar komunikasi tetap perlu kita jaga, seperti menghargai yang bicara, bersedia mendengarkan dan memberi feedback, salah satunya seperti konfirmasi. Saya menyadari, komunikasi secara langsung saja berpotensi besar terjadi kesalahpahaman, apalagi via gadge!  Tentu sangat rentan terjadi kesalahpahaman daripada berkomunikasi langsung face to face.  Seiring berjalannya waktu, saya sering menemui beberapa masalah komunikasi via gadjet yang cukup mengganggu perasaan personal ataupun kinerja kolektif. Contoh kecilnya, sebut saja saat ada pertanyaan yang dilontarkan ke dalam grup mengenai undangan rapat atau menanyakan informasi penting lainnya yang tidak kunjung direspon. Seyogyany...

Revision for Granted

"Bagi kalian yang hidup dalam dunia penelitian, jangan pernah takut dengan revisi. Karena revisi itu seninya meneliti. Dari revisi metodologi sampai laporan penelitian. Karena kita bekerja untuk ilmu pengetahuan, maka kita harus terbuka terhadap kritik dan saran untuk mencapai kehati-hatian," Begitulah wejangan dosen saya begitu kita selesai melakukan monitoring dan evaluasi 8 jam nonstop hari itu. Maksud baik beliau mungkin untuk menyemangati kita yang pulang hari itu, dengan segudang revisi, dan wajib bin harus diperbaiki dalam waktu singkat, sebelum monev dua hari lagi. REVISI DAN HIDUP Bukan, bukan tentang penelitiannya yang menarik perhatian saya. Tapi, makna yang ada di baliknya. Jika dalam dalam suatu bidang (misal: penelitian) saja kita tidak boleh alergi dengan revisi. Apalagi hidup. Hidup sejatinya harus selalu siap dengan revisi. Revisi disini saya artikan sebagai memperbaiki diri. Bukankah untuk menjadi lebih baik, kita tidak boleh alergi dengan 'revisi...

Posisi Menentukan Prestasi

Selamat pagi muslimah hebat! Pernahkah sahabat mendengar adagium ini? "Posisi menentukan prestasi"? "Ah, kayak tukang contek saja," sahut teman saya saat saya nyeletuk demikian. Hati-hati! Jangan anggap hal ini jargon para tukang contek saja. Tapi, nasihat tersebut benar-benar penting dan tidak patut diremehkan bagi ia yang ingin berproses menjadi lebih baik. Muslimah hebat, calon penghuni surga. Jika lebih jeli melihat, betapa Islam mencontohkan posisi menentukan prestasi. Sebut saja dalam sholat jamaah, mereka yang berlomba mendapatkan shaf pertama tentu berbeda dengan mereka yang shafnya paling belakang karena terlambat. Ia yang datang mendahului adzan untuk menunggu sholat akan berneda pahalanya dengan mereka yang terlambat sholat alias makmum masbuq. Allah juga menuturkan dalam firmannya, "Apakah sama orang yang duduk dan berjuang?" Pun dalam pergaulan, misal, di posisi mana kita berada? Apakah kita lebih senang bergaul dengan teman-teman y...

24 Jam yang Tidak Berubah

Image
Selamat malam, teman-teman yang hebat! Apa yang sudah kita kerjakan hari ini? Sedang berprogress menggapai mimpi? Luar biasa! Austin Kleon dalam bukunya Show Your Work menyindir dengan apik, "Jangan berkilah kekurangan waktu, kita semua sibuk! Tapi, sama-sama punya waktu 24 jam." katanya. Mungkin ini basi! Klasik! Tapi manajemen diri dalam waktu yang dari dulu tidak berubah (24 jam sehari dari zaman adam diturunkan ke bumi), adalah obat paling manjur untuk kesuksesan. Ada orang yang dalam sehari mampu mengatur dunia, sebaliknya ada orang yang dalam sehari saja tidak mampu mengatur dirinya sendiri. Tapi, memang, "excuse" alias beralasan adalah musuh terbesar para pejuang dan pembelajar sejati. Rasanya, kita sudah hidup berapa tahun hingga hari ini, berapa bulan dan berapa jam kita berpijak pada bumi hingga detik ini? Namun, apa sumbangsih kita pada manusia di sekitar kita? Apa karya kita selama kita hidup? Dan investasi pahala apa yang telah kita kerjakan...

MEREGULASI EMOSI NEGATIF

Dalam sebuah hubungan, pasti akan ada konflik. Entah itu antara dua orang atau dalam skala yang besar. Ketika ada hal-hal yang tidak sesuai dengan yang seharusnya atau yang kita inginkan, seringkali akan timbul curiga, prasangka dan asumsi negatif. Emosi negatif muncul tanpa kita duga-duga. Seperti yang saya alami akhir hari ini, saya tertimpa hal yang tidak menyenangkan, seperti kehilangan salah satu barang penting saya, yang terakhir kali saya tinggalkan di tempat itu dengan rapi. Maka, salah satu cara menghindarinya adalah mengendalikan apa yang berbisik diantara dua telinga kita. Jika ada bisikan negatif, seperti... "Itu pasti dia," "Selalu begini," "Kayaknya ada yang pinjem ga bilang-bilang" KEDEPANKAN KHUSNUDZON Prasangka baik ditaruh di depan atas apapun Itu rahasianya, kata Aa' Gim. Begitulah. Seringkali yang kita pikirkan lebih buruk daripada yang seharusnya. Sehingga, buanglah asumsi negatif pada tempatnya. RAPAL MANTRA AJAIB ...

Berdarah-darah

"Kebanyakan orang cuma melihat pencapaiannya saja. Mereka tidak pernah peduli pada tahap yang kita lalui untuk mencapai hasil itu," ucap Michael Jackson. Pernah tidak, melihat salah satu teman kita sukses dan tiba-tiba kita nyeletuk 'pengen ditularin'? "Tularin dong pinternya," Atau "Deket-deket ah, biar ketularan suksesnya," Begitulah biasanya natural insting kita ketika melihat seseorang di puncak. Mari renungkan lontaran retoris dari seorang guru saya, ia bertanya "banyak orang yang ingin ketularan sukses, tapi apakah ada yang mau ditulari 'berdarah-darah'nya?" Benar. Sering kita ingin tiba di puncak sebagaimana orang lain. Tanpa mau merasakan pendakian yang melelahkan itu. Sering kita ingin menjadi wangi bagai kayu cendana. Tanpa tahu bahwa kayu cendana baru semakin wangi apabila melewati proses pembakaran. Sering kita ingin menjadi cantik seperti kupu-kupu, Tanpa mau ambil bagian berpuasa dari segala kesenangan d...

CARA “SMART” MENGELOLA OSPEK

Image
Sumber: http://2.bp.blogspot.com “Apa maksudnya gue diminta foto gaya babi?” twit Riki ketika melihat tugas ospek yang meminta untuk berfoto dengan hidung ditekan seperti babi. Sebagai seseorang yang pernah menjadi panitia ospek di beberapa tempat yang berbeda, bahkan saya sekarang masih menjadi panitia ospek di tempat saya menimba ilmu.  Saya terenyuh melihat masalah perpeloncoan yang tak kunjung berakhir. Menjelang tahun ajaran baru. kita pasti sudah paham bahwa akan ada masa orientasi alias pengenalan kepada para pendatang baru. entah itu siswa atau mahasiswa. Ospek (Orientasi Siswa dan Perkenalan) atau MOS (Masa Orientasi Siswa) atau segala macam nama lainnya. Yang akhirnya identik dengan perpeloncoan. Saya secara pribadi tidak setuju dengan segala jenis perpeloncoan. Tapi saya setuju dengan masa pengenalan. Setidaknya ada beberapa hal yang memang harus diketahui oleh para generasi baru di sebuah sekolah atau sebuah instusi pendidikan untuk memudahkan proses belaj...

BERPROSES IBARAT NGEDEN

Jika anda tahu bagaimana proses melahirkan normal biasanya terjadi. Anda pasti akan tahu bahwa untuk mengeluarkan bayi sang ibu harus mengejang terlebih dahulu sebelum benar-benar mengeluarkan sang Bayi dari rahimnya. Proses mengejang itu bisa jadi sebentar bisa jadi lama dan menyakitkan. Bahkan rasa yang sakit yang ditimbulkan seperti meregang nyawa. Jika tidak terbayang, emm...anda pernah sembelit? Pada intinya saya ingin mengatakan bahwa, proses yang sedang saya atau anda jalani hari ini mungkin terasa menyakitkan bahkan hampir mau mati. Pada banyak hal, kita pasti akan berproses. Seperti saat saya melihat draft penelitian saya dengan perasaan yang campur aduk. Antara tidak percaya diri, bahwa apakah saya bisa menyelesaikannya semaksimal mungkin atau tidak, bercampur dengan perasaan lelah akan ketidakpastian. Saya sebagaimana orang lainnya, pasti ingin mendapatkan hasil yang sesuai dengan jerih payah kita. Namun, perjuangan belum tentu demikian. Seringkali kita harus berjuang...