BERPROSES IBARAT NGEDEN
Jika anda tahu bagaimana proses melahirkan normal biasanya terjadi.
Anda pasti akan tahu bahwa untuk mengeluarkan bayi sang ibu harus mengejang terlebih dahulu sebelum benar-benar mengeluarkan sang Bayi dari rahimnya. Proses mengejang itu bisa jadi sebentar bisa jadi lama dan menyakitkan. Bahkan rasa yang sakit yang ditimbulkan seperti meregang nyawa.
Jika tidak terbayang, emm...anda pernah sembelit?
Pada intinya saya ingin mengatakan bahwa, proses yang sedang saya atau anda jalani hari ini mungkin terasa menyakitkan bahkan hampir mau mati. Pada banyak hal, kita pasti akan berproses. Seperti saat saya melihat draft penelitian saya dengan perasaan yang campur aduk. Antara tidak percaya diri, bahwa apakah saya bisa menyelesaikannya semaksimal mungkin atau tidak, bercampur dengan perasaan lelah akan ketidakpastian.
Saya sebagaimana orang lainnya, pasti ingin mendapatkan hasil yang sesuai dengan jerih payah kita. Namun, perjuangan belum tentu demikian. Seringkali kita harus berjuang terus untuk hasil sehari, seringkali kita terus berjuang hanya untuk tersenyum di senja hari.
Maka, saya kembali berpikir. Lantas, perjuangan ini untuk apa? Apakah hanya untuk tersenyum di saat hari tua? Entahlah. Saya kembali merenung. Dan perenungan itu menemukan akhir jawabannya.
Jawabannya adalah selayaknya dan seharusnya berjuang itu untuk meraih ridlo Allah. Maka, jika tujuan tertinggi saya adalah meraih ridlonya, breakdown dibawahnya adalah bermanfaat bagi orang lain.
Harapan besar saya adalah menyelesaikan penelitian atau apapun cita-cita saya dengan memuaskan.
Apapun yang terjadi. Ibarat melahirkan, saya sedang 'mengejang' untuk mengeluarkan apa yang saya ingin gapai.
Apalagi, cita-cita tertinggi adalah surga. Tentu untuk meraihnya kita lebih berpeluh dari pada sekedar cita-cita yang kecil.
Bersabarlah, kata teman saya karena surga itu hadiah yang paling megah. Prosesnya yang susah itu wajar. Ibu melalui suratnya kepada saya suatu hari berkata, "kalau kamu bercita-cita jualan tempe di depan rumah, pengorbananmu akan berbeda dengan mereka yang bercita-cita mendirikan perusahan besar." Jadi…
…tidak ada kesuksesan instan.
Instant is nonsense.
Tidak pernah ada mimpi besar yang terjadi dalam semalam.
Anda pasti akan tahu bahwa untuk mengeluarkan bayi sang ibu harus mengejang terlebih dahulu sebelum benar-benar mengeluarkan sang Bayi dari rahimnya. Proses mengejang itu bisa jadi sebentar bisa jadi lama dan menyakitkan. Bahkan rasa yang sakit yang ditimbulkan seperti meregang nyawa.
Jika tidak terbayang, emm...anda pernah sembelit?
Pada intinya saya ingin mengatakan bahwa, proses yang sedang saya atau anda jalani hari ini mungkin terasa menyakitkan bahkan hampir mau mati. Pada banyak hal, kita pasti akan berproses. Seperti saat saya melihat draft penelitian saya dengan perasaan yang campur aduk. Antara tidak percaya diri, bahwa apakah saya bisa menyelesaikannya semaksimal mungkin atau tidak, bercampur dengan perasaan lelah akan ketidakpastian.
Saya sebagaimana orang lainnya, pasti ingin mendapatkan hasil yang sesuai dengan jerih payah kita. Namun, perjuangan belum tentu demikian. Seringkali kita harus berjuang terus untuk hasil sehari, seringkali kita terus berjuang hanya untuk tersenyum di senja hari.
Maka, saya kembali berpikir. Lantas, perjuangan ini untuk apa? Apakah hanya untuk tersenyum di saat hari tua? Entahlah. Saya kembali merenung. Dan perenungan itu menemukan akhir jawabannya.
Jawabannya adalah selayaknya dan seharusnya berjuang itu untuk meraih ridlo Allah. Maka, jika tujuan tertinggi saya adalah meraih ridlonya, breakdown dibawahnya adalah bermanfaat bagi orang lain.
Harapan besar saya adalah menyelesaikan penelitian atau apapun cita-cita saya dengan memuaskan.
Apapun yang terjadi. Ibarat melahirkan, saya sedang 'mengejang' untuk mengeluarkan apa yang saya ingin gapai.
Apalagi, cita-cita tertinggi adalah surga. Tentu untuk meraihnya kita lebih berpeluh dari pada sekedar cita-cita yang kecil.
Bersabarlah, kata teman saya karena surga itu hadiah yang paling megah. Prosesnya yang susah itu wajar. Ibu melalui suratnya kepada saya suatu hari berkata, "kalau kamu bercita-cita jualan tempe di depan rumah, pengorbananmu akan berbeda dengan mereka yang bercita-cita mendirikan perusahan besar." Jadi…
…tidak ada kesuksesan instan.
Instant is nonsense.
Tidak pernah ada mimpi besar yang terjadi dalam semalam.
Comments
Post a Comment