Berdarah-darah
"Kebanyakan orang cuma melihat pencapaiannya saja. Mereka tidak pernah peduli pada tahap yang kita lalui untuk mencapai hasil itu," ucap Michael Jackson.
Pernah tidak, melihat salah satu teman kita sukses dan tiba-tiba kita nyeletuk 'pengen ditularin'?
"Tularin dong pinternya,"
Atau
"Deket-deket ah, biar ketularan suksesnya,"
Begitulah biasanya natural insting kita ketika melihat seseorang di puncak.
Mari renungkan lontaran retoris dari seorang guru saya, ia bertanya "banyak orang yang ingin ketularan sukses, tapi apakah ada yang mau ditulari 'berdarah-darah'nya?"
Benar.
Sering kita ingin tiba di puncak sebagaimana orang lain.
Tanpa mau merasakan pendakian yang melelahkan itu.
Sering kita ingin menjadi wangi bagai kayu cendana.
Tanpa tahu bahwa kayu cendana baru semakin wangi apabila melewati proses pembakaran.
Sering kita ingin menjadi cantik seperti kupu-kupu,
Tanpa mau ambil bagian berpuasa dari segala kesenangan di dalam kepompong untuk berproses menjadi lebih baik.
Benar.
Tidak semua orang mau mengambil sesi paling dramatis dan paling wajib dari sebuah pencapaian, yaitu perjuangan di baliknya.
Mungkin ini sudah tulisan kesekian saya yang membahas perjuangan, kerja keras, dan menghargai proses.
Mengapa? Karena, bagi saya setiap hari adalah moment untuk memperbaharui daya juang, serta kesempatan untuk menguatkan langkah-langkah yang akan saya ambil.
Karena teman-teman, saya percaya perjuangan tak mengenal kata malu, apalagi mengenal usia.
Tak akan pernah terlambat bagi kita pada usia berapapun untuk berjuang meraih mimpi kita seberapapun lama kita menyadari tujuan hidup kita.
Karena, percayalah berjuang itu muda.
Menyerah itu tua.
Comments
Post a Comment