Kebaikan Tak Pernah Sia-Sia
Apa kabar wahai saudariku disana? Apa kabar iman? Apa kabar kehidupan? Apa kabar dakwah?
Suatu malam, di tengah persiapan untuk presentasi besok, aku membuka folder-folder lama untuk mencari gambar wallpaper yang tepat untuk desktopku. Kutemukan sebuah foto yang isinya hanya tulisan ini :
Masih ingatkah dengan kata-kata ini yang engkau goreskan pada pohon impian setahun yang lalu?
Masih bersemayamkah di relung hatimu?
Sebenarnya kata-katamu itu pencambuk bagiku malam ini. Untuk menulis untaian surat ukhuwah ini, juga untuk menguatkan iman. Aku mengambil sedikit pelajaran malam ini. Bahwa, kebaikan sekecil apapun tak pernah sia-sia. Walau hanya ditulis diatas selembar kertas, lalu siapa yang tahu, kertas kecil itu menjadi pencambuk diriku setahun setelahnya. Hanya seuntai kata diatas kertas yang entah kemana sekarang, namun mampu menembus ruang dan waktu.
Maka, terus bergerak ternyata juga pada dasarnya tak pernah sia-sia kan kawan? Teori ini begitu sering kita dengar. Hanya saja, kita selalu butuh orang lain untuk saling membacakan kembali. Begitupun aku.
Aku bersyukur pernah dipertemukan sahabat seiman sepertimu. Tatkala dikenang ternyata menguatkan. Tatkala diingat pun membakar semangat. Mengingat masa-masa pembinaan ternyata mengundang tawa dan kerinduan kembali di masa itu.
Hidup terus bergulir. Namun, umur melangkah menuju kemunduran.
Entah kapan jasad ini kembali bertemu, apakah di dunia yang maya ini atau nanti pada senyata-nyatanya hari yang kekal? Semoga saat yang bertemu itu, kita selalu dalam pilihan dan kondisi terbaik kita.
Suatu malam, di tengah persiapan untuk presentasi besok, aku membuka folder-folder lama untuk mencari gambar wallpaper yang tepat untuk desktopku. Kutemukan sebuah foto yang isinya hanya tulisan ini :
Tetap BerprinsipYakinku : Diriku lalu, diriku sekarang, diriku esok selalu menjadi keputusan hidup terbaik.
Masih ingatkah dengan kata-kata ini yang engkau goreskan pada pohon impian setahun yang lalu?
Masih bersemayamkah di relung hatimu?
Sebenarnya kata-katamu itu pencambuk bagiku malam ini. Untuk menulis untaian surat ukhuwah ini, juga untuk menguatkan iman. Aku mengambil sedikit pelajaran malam ini. Bahwa, kebaikan sekecil apapun tak pernah sia-sia. Walau hanya ditulis diatas selembar kertas, lalu siapa yang tahu, kertas kecil itu menjadi pencambuk diriku setahun setelahnya. Hanya seuntai kata diatas kertas yang entah kemana sekarang, namun mampu menembus ruang dan waktu.
Maka, terus bergerak ternyata juga pada dasarnya tak pernah sia-sia kan kawan? Teori ini begitu sering kita dengar. Hanya saja, kita selalu butuh orang lain untuk saling membacakan kembali. Begitupun aku.
Aku bersyukur pernah dipertemukan sahabat seiman sepertimu. Tatkala dikenang ternyata menguatkan. Tatkala diingat pun membakar semangat. Mengingat masa-masa pembinaan ternyata mengundang tawa dan kerinduan kembali di masa itu.
Hidup terus bergulir. Namun, umur melangkah menuju kemunduran.
Entah kapan jasad ini kembali bertemu, apakah di dunia yang maya ini atau nanti pada senyata-nyatanya hari yang kekal? Semoga saat yang bertemu itu, kita selalu dalam pilihan dan kondisi terbaik kita.
Teriring salam cinta di penghujung malam dari Jogja.
Comments
Post a Comment