IBU, SUKSES ITU TAKDIR YA?

Menjadi seorang pemenang nggak selalu dapet PIALA, UANG dan KEHORMATAN.
Menjadi juara sejati adalah kesuksesan yang berawal dari proses panjang dan melelahkan. Motivasi, disiplin dan tentu saja DOA menjadi kunci sukses .
Kesuksesan sejati itu bukan bermanfaat buat diri kita sendiri.
***
Akhir-akhir ini ada banyak pertanyaan yang mengganggu.  Salah satunya adalah;
Apa hasil itu takdir?
Sukses itu takdir?
Katanya, kita berusaha Allahlah yang menentukan?
Katanya juga Allah mewajibkan hambanya untuk memenuhi kaidah sebab akibat?

“Mengapa ada orang yang sama-sama bekerja keras, namun hasilnya tetap saja berbeda?”
“Mengapa ada orang yang kadar usahanya biasa-biasa saja, namun hasilnya selalu memuaskan? Tidak perlu berbanjir peluh sebanyak yang lain?”
Berbeda sekali dengan saya yang bahkan jika saya memeras seluruh otak dan keringat saya, hasilnya belum tentu sekeras usaha saya.
Untuk mendapat nilai rata-rata saja, saya harus berusaha setengah hidup. Hasilnya, yah untung-untunganlah. Bisa bagus bisa tidak.
Ada yang mengatakan bahwa hasil itu sunnatullah. Bukankan Allah takkan mengubah suatu kaum hingga mereka mengubah diri mereka sendiri? (Arro’du:13). Dan pertanyaannya adalah, mengapa begitu banyak orang yang berusaha mengubah dirinya namun perubahan yang diharapkan tak kunjung datang? Ada yang salahkah?
Atau sama-sama melakukan usaha dengan skala maksimal, namun tetap saja hasilnya tidak selalu sebanding?
Hasil usaha itu bukankah wilayah manusia?
***
Usaha memang wilayah kita, tapi tentu Allahlah yang Maha Berkehendak. Mungkin bisa kita jumpai teman kita yang tanpa usaha sekeras kita namun ia bisa meraih nilai ujian yang memuaskan. Namun, tentu saja Allah itu Maha Adil. Tenang saja, keadilan tidak selalu terlihat sekarang ataupun tergambar dari angka-angka yang terindra.  Ada angka-angka pahala yang tidak bisa kita lihat sekarang.
Percakapan dengan Bu Fatimah:
Saya : Ibu kenapa ada orang yang terlahir dengan kemampuan menyerap pelajaran yang luar biasa (jenius)? Katanya itu karena orangtuanya menjaga asupan gizinya sejak bayi? Atau orangtuanya memang jenius? Atau memang kepandaian itu anugrah? Kenapa bu?
Bu Fatimah: Potensi yang diberikan Allah kepada manusia itu sama. Yaitu hajatul udhowiyah (kebutuhan pokok manusia) dan naluri untuk melestarikan keturunan, mempertahankan diri dan beragaman. Semua diberi kadar yang sama. Hanya saja setelah itu akan masuk wilayah manusia, bagaimana ia menggunakan potensi tersebut.
Saya: Kalau saya bodoh, berarti karena saya? Padahal saya sudah berusaha sekuat tenaga untuk bisa lho bu, tapi hasilnya tetap sama. Sigh.
Bu Fatimah : Potensinya sama. Yakinlah semua manusia diberi akal untuk berpikir. Maka yakinlah kita telah diberi modal untuk mengerahkan segala kemampuan kita untuk berpikir. Mungkin hanya masalah waktu. Ada yang telah terlatih adapula yang tidak terlatih.
Hati saya nggak tenang. Masih galau lah intinya. Saya masih berusaha nyari jawaban yang benar-benar bikin hati saya tenang.
Pertanyaan yang sama, “Sukses itu takdir ya bu?”, “Pintar itu takdir ya bu?”
“Otak kita terlalu mengagumkan untuk menjadi bodoh, nak. Kerahkan semua daya dan upaya, genggamlah jalan ikhtiar dan biarkan Allah yang mengantarmu hingga tujuan,” (Bu Dwi)
Saya nangis dengernya.
Namun, saya tetap bertanya kepada banyak orang tentang konsep kesuksesan.
Rata-rata mereka menjawab karena perjuangan dan doa. Karena memang itulah kuncinya.
Orang yang berprestasi adalah orang setia pada proses, orang yang tekun menjalani proses, karena berprestasi sendiri adalah proses. (Senseiku)
Yang terpenting adalah menjalani semua periode hidup dengan keimanan dan keoptimisan, bukan menang atau kalah pada hasilnya. (Pak Uno)
Allah menilai proses, nak. Azzamkan niat untuk terus berjuang. (Pak Ruslan Sobara)
Iman kepada takdir bukan berarti tidur dan tunggulah takdirmu, tetapi bangun dan temukan takdirmu! (Ust, Khalid Muhammad Khalid)
Berjuang dengan optimis adalah hak semua orang yang mempunyai mimpi! (Kang Seouk Ho@Got of Study)
Akhirnya saya dapat menyimpulkan jawaban pertanyaan saya tentang kesuksesan. Bahwa, kita berusaha Allah yang menentukan, dan pertolongan Allah akan turun saat kita sudah berusaha di titik perjuangan tertinggi. Karena Allah itu Maha Adil.
Hati saya akhirnya tenang. Sekarang saya akan berusaha menetapkan dan mengejar mimpi saya sekuat tenaga, sepenuh jiwa dan semaksimal mungkin. Untuk urusan terkabul atau tidak, tercapai atau tidak saya sepenuhnya pasrah padanya. Hem... damai hati saya saat ini.








Comments

Popular posts from this blog

Akses Tulisan Fakhi? Di sini...