Water Disaster


Air adalah komponen utama kehidupan. Coba lihat tubuh kita! 70% terdiri dari air (plasma darah).  Juga bumi kita tercinta, 70%nya adalah lautan. Sejak jaman purba hingga jaman lady gaga, aku jamin makhluk hidup dan nggak hidup, nggak ada yang benar-benar bisa hidup tanpa air! Bisa nggak dibayangin kalau kita kekurangan air di dalam tubuh kita, beh, efeknya bisa lebih parah dari pada kita nggak kekurangan air apapun! (Yaiyalah! Hehehehe...).
Oke, pokoknya menurutku air itu PENTING, TINTING eh TITIK. Terserah deh mau setuju atau nggak!
Nah, di suatu kota  yang dijuluki kota Hujan, tepatnya di ujung baratnya terus belok belakang asrama tentara 315. Terdengar teriakan-teriakan aneh.
“Innalillahi, Air ....Air....mati!” teriak seseorang dari depan kamar mandi dengan rambut masih penuh busa. Kepalanya muncul keluar tengok kanan dan kiri.
“Hah... Siapa mati? Ai’? Siapa tuh?” sahut kamar mandi sebelah.
“Air!” serbu semua penduduk kamar mandi!
“Hemph...hemph...iyamph...” seseorang menimpali, dengan posisi sikat gigi di dalam mulut dan busa odol yang meluber menutupi mulutnya. Tangannya memutar-mutar kepala kran... mungkin berusaha dapet keajaiaban dengan muter-muter tuh kepala kran sampai tujuh kali puteran kayak lotre undian berhadiah terus nanti keluar sesuatu dari bolongan kran itu. Namun, akhirnya ia menyerah. Ia nggak mendapati sesuatu apapun.
“Ah, gimana nih?” seseorang memgangi perutnya. Berabe kayaknya dia sedang dalam kondisi gawat darurat. Yang lain memandanginya dengan tatapan kasihan. Yah harusnya gimana dong? Tatapan senang?!
“Gimana dong? “ Penduduk empat ruas kamar mandi mengadakan konferensi  kamar mandi dadakan. Para delegasinya berasal dari berbagai kamar mandi.
“Di lantai dua ada air ngga?” seseorang membuka konferensi dengan pertanyaan solutif.
“Nggak tahu, cobain aja! Kita kirim utusan ke sana!” saran yang lain.
“Terus kita turun ke bawah,”
“Yaps..”
“Nah, kalau di bawah nggak ada air? Mau kemana?”
“Biasa, paling ke gedung tiga ikhwan! “
“Tapi, gimana, rambutku kan basah,”
“Ugh..”
Tiba...Tiba...Nggak ada rotan akar pun jadi (lhoh apa maksudnya coba)!
TUT....PRET....! BLUSH....! DUAR! Terdengar suara bom perang dunia ke tujuh.
“.....”
“.....”
“.....”
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
“...Hehehe...Maaf,” Beuh, dengan tampang paling polos dan norak sedunia, produser bom yang melebihi nagasaki dan hiroshima itu nyengir.
“Dasar!*&^*^%%$%$#$@#@%$^%&^^&!”
Para delegasi ngomel-ngomel nggak karuan. Sang produser pun ngacir sebelum omelan bertambah dan sebelum produksi kedua keluar.
***
Malamnya, jam 01.00 Dini Hari WIBI (Waktu Indonesia Bagian Insantama).
Temanku terbangun, pintu berdecit terbuka. Oke, nggak ada indikasi lain seseorang bangun di malam hari selain satu, dia ingin berlaku kriminal; dua, dia pengen melaksanakan urusan terpenting tubuhnya.
Aku ikut-ikutan bangun, melongok setengah sadar ke arah pintu. Tapi, setelah itu tidur lagi. Besoknya, dia cerita kalau dia udah kelilingin semua lantai tiga buat cari air. Ternyata nggak ada! Akhirnya dia harus lari ke kamar mandi lantai dua, melewati kelas-kelas kosong, gelap, dan sepi. Hiy...
Ternyata, kasus air ngacir dari asrama akhwat nggak cuman sehari dua hari, tapi tiga hari, empat hari, lima hari, seminggu dan dua minggu. Meski kadang-kadang keluar, terus mati lagi, hidup sebentar, mati lagi, hidup lagi, mati lagi, terus mati...mati...mati...mati.....dan belum hidup-hidup lagi.
Kota hujan kok kekurangan air?
Ndak kok, ndak kekurangan air. Cuma... nggak ada air, bukan kekurangan air!
Hahahaha...Ngenes!



Comments

Popular posts from this blog

Akses Tulisan Fakhi? Di sini...