ISAAC VS MOHAMMED
Isaac(I): “Kenapa Anda tidak mengucapkan selamat Natal dan Tahun Baru kepada kami?”Muhammad(M): “Maaf, Islam memang menghargai toleransi tapi dalam masalah ini Islam melarangnya,”I : “Tapi itukan hanya ucapan? Banyak teman muslim kami yang mengucapkannya,”M: “Mereka mungkin belum tahu. Isaac kau bisa mengucapkan syahadat?”
I : “Maaf, saya tidak bisa. Karena itu akan meruntuhkan kredo salibis saya,”M: “Kenapa itukan Cuma ucapan?”I : “Baiklah, saya tahu,”Benar… ucapan selamat Natal dan Tahun Baru memang hanya sekedar untaian huruf-huruf dan kalimat. Tapi, makna yang berada dibaliknyalah yang membuat itu bukan sekedar kata. Saya baca berulang-ulang kali, dan saya semakin dalam merenung. Betapa dalam makna sms singkat diatas.Sebagai seorang muslim, bersikap toleran memang diperlukan. Namun, mohon jangan dipukul rata pada semua aspek dan semua masalah. Ada beberapa hal yang memang diperlukan ketegasan, tidak perlu mengiyakan semua kata orang dan tidak perlu sentimental terhadap semua kata orang.Dalam Islam kita tidak diperbolehkan mengucapkan selamat pada perayaan hari-hari orang kafir, melarang kita untuk melibatkan diri dalam perayaan hari raya orang kafir, apapun bentuknya. Melibatkan diri disini juga termasuk mengucapkan selamat, hadir di jalan-jalan untuk menyaksikan atau melihat perayaan orang kafir, mengirim kartu selamat dan lain sebagainya deh, kawan.Nah lho? Perayaan sendiri itu yang kayak apa sih? Dari beberapa hadist yang akhirnya diambil intinya, perayaan hari raya orang kafir itu mencakup seluruh perayaan hari raya mereka, perayaan orang suci mereka dan semua hal yang berkaitan dengan hari perayaan orang-orang kafir.Oke, dengan ikut merayakan, seperti paling tidak mengucapkan selamat bla..bla… itu kamu secara nggak langsung kamu sudah mengakui adanya Tuhan selain Allah atas nama toleransi. Padahal mengakui Tuhan selain Allah itu namanya syirik, euy.Saya jadi teringat suatu sesuatu yang sesuatu banget… (hahahai, jadi syahrini yang sesuatu banget itu lho)…Pernahkah kita tahu bahwa tahun baru hanya mengikuti tradisi para kafir Yahudi?Pernahkah kita tahu bahwa tradisi ini tidak ada dalam Islam?Usut punya usut kawan, Tahun Baru pertama kali dirayakan pada tanggal 1 Januari 45 SM (Sebelum Masehi-red). Tidak lama setelah Julius Caesar dinobatkan sebagai kaisar Roma, ia memutuskan untuk mengganti penanggalan tradisional Romawi yang telah diciptakan sejak abad ketujuh SM. Ketika itu Kaisar Julius Caesar membuat kalender Matahari, yang dinilai lebih cocok dari pada kalender-kalender lain yang pernah dibuat sebelumnya. Sebelum Caesar membuat kalender Matahari, pada abad 153 SM, Janus Dewa Roma yang menetapkan awal tahun itu yang dengan dua wajahnya, Janus mampu melihat kejadian di masa lalu dan masa depan. Dialah yang menjadi simbol kuno resolusi (sebuah pencapaian) Tahun Baru. Bangsa Roma berharap dengan dimulainya tahun baru, kesalahan-kesalahan di masa lalu dapat dimaafkan, sebagai simbol penebus dosa, yang ditandai dengan tukar kado (pada waktu itu).Dalam mendesain kalender baru ini, Julius Caesar dibantu oleh Sosigenes, seorang ahli astronomi dari Iskandariyah, yang menyarankan agar penanggalan baru itu dibuat dengan mengikuti revolusi matahari, sebagaimana yang dilakukan orang-orang Mesir.Satu tahun dalam penanggalan baru itu dihitung sebanyak 365 seperempat hari dan Caesar menambahkan 67 hari pada tahun 45 SM sehingga tahun 46 SM dimulai pada 1 Januari. Caesar juga memerintahkan agar setiap empat tahun, satu hari ditambahkan kepada bulan Februari, yang secara teoritis bisa menghindari penyimpangan dalam kalender baru ini.Nggak lama sebelum Caesar terbunuh di tahun 44 SM, dia mengubah nama bulan Quintilis dengan namanya, yaitu Julius atau Juli. Kemudian, nama bulan Sextilis diganti dengan nama pengganti Julius Caesar, Kaisar Augustus, menjadi bulan Agustus. Dan Januari dipilih sebagai bulan pertama diantaranya karena dikaitkan dengan dewa Janus.So, kalau dilihat dari segi sejarahnya, maka tahun Baru Masehi hanya mengikuti budaya Yahudi Roma yang menurut mereka sebagai penebusan dosa. Umat Kristen akhirnya ikut merayakannya. Dan…abbakadabra, Berdasarkan Konsili Tours tahun 567 umat Kristen ikut merayakan Tahun baru da mereka ikut mengadakan puasa khusus serta ekaristi. Then, pada tahun 1582 M, Paus Gregorius XIII mengubah perayaan Tahun Baru Umat Kristen dari tanggal 25 Maret menjadi 1 Januari. Sejak saat itu, umat Kristen di seluruh dunia merayakan Tahun Baru.Trus, ada sebuah hadist nih plend…“Suatu ketika seorang lelaki datang kepada Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam untuk meminta fatwa karena ia telah bernadzar memotong hewan di Buwanah (nama sebuah tempat), maka Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam menanyakan kepadanya: “Apakah disana ada berhala sesembahan orang Jahiliyah?” Dia menjawab, “Tidak”. Beliau bertanya,“Apakah di sana tempat dirayakannya hari raya mereka?” Dia menjawab, “Tidak”. Maka Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam bersabda, “Tunaikan nadzarmu, karena sesungguhnya tidak boleh melaksanakan nadzar dalam maksiat terhadap Allah dan dalam hal yang tidak dimiliki oleh anak Adam”. (Hadits Riwayat Abu Daud dengan sanad yang sesuai dengan syarat Bukhari dan Muslim)”Hadits ini menunjukkan terlarangnya menyembelih untuk Allah di tempat yang bertepatan dengan tempat yang digunakan untuk menyembelih kepada selain Allah, atau di tempat orang-orang kafir merayakan pesta atau hari raya.Coz, itu berarti mengikuti mereka dan menolong mereka di dalam mengagungkan syi’ar-syi’ar kekufuran. Perbuatan bahaya kayak gini juga menyerupai perbuatan mereka dan jadi sarana yang mengantarkan kepada syirik (lho, kok bisa? Halah, diatas kan sudah saya tulis, kenapa masih teriak-teriak nanya?! Kan mengakui adanya Tuhan selain Allah).Apalagi ikut merayakan hari raya mereka, maka di dalamnya terdapat wala’ (loyalitas) dan dukungan dalam menghidupkan syi’ar-syi’ar kekufuran. Akibat paling berbahaya yang timbul karena berwala’ terhadap orang kafir adalah tumbuhnya rasa cinta dan ikatan batin kepada orang-orang kafir sehingga dapat menghapuskan keimananNah, lho…kalau kita ngikutin merayakan hari raya mereka, maka di dalamnya itu tuh berarti kita udah mulai loyal dan mendukung mereka dalam mengidupkan gaung-gaung kekufuran. Akibatnya yang buahaya karena dapat menimbulkan efek samping berupa tumbuhnya rasa cinta dan ikatan batin kepada orang-orang kafir itu dan mengikis keimanan. Hihh… seyem…. Eh resem eh serem…Boro-boro mencintai Islam, eh malah lebih cinta ke siapa yang jelas nggak disukai Allah.Sobat, guys, makanya yuk hati-hati atas tipudaya kaum kafir ...Caranya? Kudu rajin mengkaji Islam, biar gaul juga syar’i.selamat Natal dan Tahun Baru kepada kami?”Muhammad(M): “Maaf, Islam memang menghargai toleransi tapi dalam masalah ini Islam melarangnya,”
I : “Tapi
itukan hanya ucapan? Banyak teman muslim kami yang mengucapkannya,”
M: “Mereka
mungkin belum tahu. Isaac kau bisa mengucapkan syahadat?”
I : “Maaf,
saya tidak bisa. Karena itu akan meruntuhkan kredo salibis saya,”
M: “Kenapa
itukan Cuma ucapan?”
I :
“Baiklah, saya tahu,”
Benar…
ucapan selamat Natal dan Tahun Baru memang hanya sekedar untaian huruf-huruf
dan kalimat. Tapi, makna yang berada dibaliknyalah yang membuat itu bukan
sekedar kata. Saya baca berulang-ulang kali, dan saya semakin dalam merenung. Betapa
dalam makna sms singkat diatas.
Sebagai
seorang muslim, bersikap toleran memang diperlukan. Namun, mohon jangan dipukul
rata pada semua aspek dan semua masalah. Ada beberapa hal yang memang
diperlukan ketegasan, tidak perlu mengiyakan semua kata orang dan tidak perlu
sentimental terhadap semua kata orang.
Dalam Islam
kita tidak diperbolehkan mengucapkan selamat pada perayaan hari-hari orang
kafir, melarang kita untuk melibatkan diri dalam perayaan hari raya orang
kafir, apapun bentuknya. Melibatkan diri disini juga termasuk mengucapkan
selamat, hadir di jalan-jalan untuk menyaksikan atau melihat perayaan orang
kafir, mengirim kartu selamat dan lain sebagainya deh, kawan.
Nah lho?
Perayaan sendiri itu yang kayak apa sih? Dari beberapa hadist yang akhirnya
diambil intinya, perayaan hari raya orang kafir itu mencakup seluruh perayaan
hari raya mereka, perayaan orang suci mereka dan semua hal yang berkaitan
dengan hari perayaan orang-orang kafir.
Oke, dengan
ikut merayakan, seperti paling tidak mengucapkan selamat bla..bla… itu kamu
secara nggak langsung kamu sudah mengakui adanya Tuhan selain Allah atas nama
toleransi. Padahal mengakui Tuhan selain
Allah itu namanya syirik, euy.
Saya jadi
teringat suatu sesuatu yang sesuatu banget… (hahahai, jadi syahrini yang
sesuatu banget itu lho)…
Pernahkah kita tahu bahwa tahun baru hanya
mengikuti tradisi para kafir Yahudi?
Pernahkah kita tahu bahwa tradisi ini
tidak ada dalam Islam?
Usut punya usut kawan, Tahun Baru pertama
kali dirayakan pada tanggal 1 Januari 45 SM (Sebelum Masehi-red). Tidak lama
setelah Julius Caesar dinobatkan sebagai kaisar Roma, ia memutuskan untuk mengganti
penanggalan tradisional Romawi yang telah diciptakan sejak abad ketujuh
SM. Ketika itu
Kaisar Julius Caesar membuat kalender Matahari, yang dinilai lebih cocok dari
pada kalender-kalender lain yang pernah dibuat sebelumnya. Sebelum Caesar
membuat kalender Matahari, pada abad 153 SM, Janus Dewa Roma yang menetapkan awal tahun itu yang dengan dua wajahnya, Janus
mampu melihat kejadian di masa lalu dan masa depan. Dialah yang menjadi simbol
kuno resolusi (sebuah pencapaian) Tahun Baru. Bangsa Roma berharap dengan
dimulainya tahun baru, kesalahan-kesalahan di masa lalu dapat dimaafkan,
sebagai simbol penebus dosa, yang ditandai dengan tukar kado (pada waktu itu).
Dalam mendesain
kalender baru ini, Julius Caesar dibantu oleh Sosigenes, seorang ahli astronomi
dari Iskandariyah, yang menyarankan agar penanggalan baru itu dibuat dengan
mengikuti revolusi matahari, sebagaimana yang dilakukan orang-orang Mesir.
Satu tahun
dalam penanggalan baru itu dihitung sebanyak 365 seperempat hari dan Caesar
menambahkan 67 hari pada tahun 45 SM sehingga tahun 46 SM dimulai pada 1
Januari. Caesar juga memerintahkan agar setiap empat tahun, satu hari
ditambahkan kepada bulan Februari, yang secara teoritis bisa menghindari
penyimpangan dalam kalender baru ini.
Nggak lama
sebelum Caesar terbunuh di tahun 44 SM, dia mengubah nama bulan Quintilis
dengan namanya, yaitu Julius atau Juli. Kemudian, nama bulan Sextilis diganti
dengan nama pengganti Julius Caesar, Kaisar Augustus, menjadi bulan Agustus.
Dan Januari dipilih sebagai bulan pertama diantaranya karena dikaitkan dengan
dewa Janus.
So, kalau dilihat dari segi sejarahnya, maka tahun
Baru Masehi hanya mengikuti budaya Yahudi Roma yang menurut mereka sebagai
penebusan dosa. Umat Kristen
akhirnya ikut merayakannya. Dan…abbakadabra, Berdasarkan Konsili Tours tahun
567 umat Kristen ikut merayakan Tahun
baru da mereka ikut mengadakan puasa khusus serta ekaristi. Then, pada
tahun 1582 M, Paus Gregorius XIII mengubah perayaan Tahun Baru Umat Kristen
dari tanggal 25 Maret menjadi 1 Januari. Sejak saat itu, umat Kristen di
seluruh dunia merayakan Tahun Baru.
Trus, ada sebuah hadist nih plend…
“Suatu ketika seorang lelaki datang kepada Rasulullah Shallallahu’alaihi
wa sallam untuk
meminta fatwa karena ia telah bernadzar memotong hewan di Buwanah (nama sebuah
tempat), maka Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam menanyakan kepadanya: “Apakah
disana ada berhala sesembahan orang Jahiliyah?” Dia menjawab, “Tidak”.
Beliau bertanya,“Apakah di sana tempat
dirayakannya hari raya mereka?” Dia
menjawab, “Tidak”. Maka Nabi Shallallahu’alaihi
wa sallam bersabda, “Tunaikan
nadzarmu, karena sesungguhnya tidak boleh melaksanakan nadzar dalam maksiat
terhadap Allah dan dalam hal yang tidak dimiliki oleh anak Adam”.
(Hadits Riwayat Abu Daud dengan sanad yang sesuai dengan syarat Bukhari dan
Muslim)”
Hadits
ini menunjukkan terlarangnya menyembelih untuk Allah di tempat yang bertepatan
dengan tempat yang digunakan untuk menyembelih kepada selain Allah, atau di
tempat orang-orang kafir merayakan pesta atau hari raya.
Coz,
itu berarti mengikuti mereka dan menolong mereka di dalam mengagungkan
syi’ar-syi’ar kekufuran. Perbuatan bahaya kayak gini juga menyerupai perbuatan
mereka dan jadi sarana yang mengantarkan kepada syirik (lho, kok bisa? Halah,
diatas kan sudah saya tulis, kenapa masih teriak-teriak nanya?! Kan mengakui
adanya Tuhan selain Allah).
Apalagi
ikut merayakan hari raya mereka, maka di dalamnya terdapat wala’ (loyalitas) dan dukungan dalam
menghidupkan syi’ar-syi’ar kekufuran. Akibat paling berbahaya yang timbul
karena berwala’ terhadap orang kafir adalah tumbuhnya
rasa cinta dan ikatan batin kepada orang-orang kafir sehingga dapat
menghapuskan keimanan
Nah,
lho…kalau kita ngikutin merayakan hari raya mereka, maka di dalamnya itu tuh
berarti kita udah mulai loyal dan mendukung mereka dalam mengidupkan
gaung-gaung kekufuran. Akibatnya yang
buahaya karena dapat menimbulkan efek samping berupa tumbuhnya rasa cinta dan
ikatan batin kepada orang-orang kafir itu dan mengikis keimanan. Hihh… seyem…. Eh
resem eh serem…
Boro-boro
mencintai Islam, eh malah lebih cinta ke siapa yang jelas nggak disukai Allah.
Sobat, guys,
makanya yuk hati-hati atas tipudaya kaum kafir ...
Caranya?
Kudu rajin mengkaji Islam, biar gaul juga syar’i.
Comments
Post a Comment